Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Tumbuhan Langka Indonesia dan Flora Provinsi Jawa Barat
Tri Harsono
118109002
1.1. Pendahuluan
Gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) adalah satu spesies dari suku Anacardiaceae, yang di beberapa daerah di
Indonesia disebut dengan berbagai nama yang berbeda seperti gandaria
(Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu
(Gayo), barania (Dayak ngaju), Asam
djanar, Kedjauw lepang; Kundang rumania; Ramania hutan; Ramania pipit; Rengas;
Tampusu; Tolok burung; Umpas (Kalimantan) dandoriah (Minangkabau), wetes
(Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-rapo
kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis), ma
praang, somprang (Thailand). Kundangan, kondongan,
gondongan, si kundangan, rumenia, kemenya, rembunia, rumia, setar, serapoh,
asam suku, medang asam, gandaria, kundang (Malaysia), Gandaria (Filipina), Marian-plum
(Ingrris) adalah
tanaman yang berasal dari kepulauan Indonesia dan Malaysia. Tanaman ini tumbuh
di daerah tropis, dan banyak
dibudidayakan di Sumatera , Thailand
dan Ambon,
jadi masih berkisar di kawasan malesiana.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan
batangnya. Buah
gandaria berwarna hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria.
Buah gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat
dimakan langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat
digunakan sebagai papan.
Tanaman gandaria tumbuh dengan habitus pohon dengan ketinggian hingga 27 m dengan tajuk rapat. Daunnya
tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong. Waktu
muda berwarna putih, kemudian berangsur ungu tua, lalu menjadi hijau tua.
Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, Buahnya bertipe buah batu,
berbentuk agak bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga,
daging buahnya mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam
sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin. Keping biji
berwarna lembayung. Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada
tanah yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m
dpl., tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar
850 m dpl (Rifai, 1992).
Gambar 1. Tanaman Gandaria yang sedang
berbuah
Pembudidayaan gandaria umumnya dilakukan di beberapa lokasi
tertentu seperti Jawa Barat, Ambon, Kalimantan dan yang paling banyak melakukan
pembudidayaan adalah petani-petani buah dari Thailand. Ditinjau dari nama-nama lokal yang dikenal di
Indonesia, Malaysia, maupun Thailand, maka ada lebih kurang 15 nama lokal yang
diberikan kepada tanaman ini. Bahkan warga di Kalimantan penduduk setempat
membedakannya menjadi ramania pipit dan ramania tembaga yang rasanya manis dan Ramania hintalu
yang rasanya asam. Petani-petani di Thailand membedakannya menjadi 3 rasa
berdasarkan rasa daging buahnya yaitu ma-prang prew yang rasanya asam, ma-prang
waan atau ma-prang ta it yang rasanya manis dan ma-yong yang rasanya manis pada saat buah matang dan
mengandung sedikit asam. Rifai (1992) melaporkan bahwa berdasarkan rasa
buahnya, maka di Kalimantan dikenal beberapa kultivar lokal seperti 1. Hintalu
(sangat asam). 2. Ramania pipit
(manis) 3. Ramania Tembaga
(manis). Di Thailand, tanaman ini dikenal dengan Bouea oppositifolia (Roxb.) Meissner yang juga merupakan synonim
dari Bouea macrophylla Griffith dan Bouea burmanica
Griffith dengan buah yang juga dapat dimakan, tetapi ukurannya lebih kecil dan
lebih asam, dikenal dengan nama kultivar lokal ma-praang.
Selain di Thailand dan Kalimantan Rehatta (2005) juga
melaporkan bahwa tanaman gandaria merupakan potensi kekayaan alam dari khasanah
tanaman buah tropik Maluku yang sangat spesifik dan dikenal dengan exotic
fruit. Berdasarkan hasil penelitiannya, dinyatakan bahwa Desa Soya, Kec.
Sirimau, Kota Ambon diketahui bahwa : 1. Gandaria tersebar pada beberapa
karakteristik fisiografi, bentuk pengusahaan dan keadaan lingkungan. (2).
Jumlah populasinya cukup banyak dan mempunyai kerapatan maupun frekuensi tinggi. (3). Desa soya
berpotensi untuk pengembangan tanaman gandaria.
Informasi tentang kultivar, varietas maupun
galur-galur pada gandaria yang tersebar dan dibudiayakan di Indonesia masih sangat
kurang didapatkan. Dalam beberapa pustaka hanya ditemukan beberapa nama lokal seperti jatake, ramania
dan gandaria. Informasi yang didapatkanpun masih terbatas
pada keberadaan, pemanfaatan secara lokal, dan pamasaran yang juga terjadi di
pasar-pasar tradisional dan dalam waktu-waktu yang juga tertentu. Gandaria sebagai salah
satu tanaman langka Indonesia, masih belum banyak diteliti. Rifai (1992)
melaporkan bahwa jumlah kromosom dari tanaman ini juga belum diketahui, dan
sejauh ini belum ditemukan literatur yang menjelaskan tentang keragaman
kromosom dari tanaman langka maskot provinsi Jawa barat ini. Data tentang
khromosom ini penting untuk memungkinkan berbagai upaya-upaya pemuliaan tanaman
ini di masa datang. Munculnya varian-varian baru dalam satu hasil persilangan
antar kultivar merupakan bagian adari aktivitas yang terjadi pada saat dua
kromosom dari induk yang berbeda berpadu. Perpaduan inilah yang menghasilkan
satu interaksi baru yang kadang-kadang memunculkan varian-varian yang berbeda
dengan tetuanya.
1.2. Permasalahan
Melihat peluang pengembangan gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) di masa datang serta masih terbatasnya penelitian dan pembahasan yang
dilakukan para ahli botani terhadap salah satu tanaman langka khas Indonesia
ini, maka permasalahan yang hendak diulas dalam tulisan berikut ini adalah : (1).
Bagaimana keberadaan gandaria di Indonesia ?
(2). Bagaimana gambaran botani taksonomi gandaria (3). Bagaimana gambaran penamaan kultivar
lokal gandaria (4). Bagaimana upaya-upaya pemanfaatan gandaria dalam
kehidupan kelompok etnis di Indonesia ? (5). Masalah-masalah taksonomi
kultivar-kultivar gandaria Indonesia
1.3. Metode Penulisan
Penulisan naskah tentang
gandaria ini dilakukan dengan cara melakukan analisis dan pembahasan tentang
gandaria berdasarkan 5 permasalahan yang diajukan dengan menggunakan berbagai
sumber data seperti literatur, data-data gandaria yang diakses dari internet,
data-data komunikasi pribadi tentang berbagai nara sumber, pengalaman penulis, kaitan
satu pengalaman dibandingkan dengan pengalaman lain pada komoditas yang
berbeda, dan berbagai masukan serta komentar dari beberapa pembaca yang sempat
memberikan komentar atas naskah yang telah disusun ini.
1.4. Pembahasan
1.4.1. Keberadaan Gandaria di Indonesia
Anacardiaceae
Lindl., atau suku mangga-manggaan, mencakup lebih kurang 700 spesies dan lebih
dari 82 marga, yang umumnya tersebar di daerah tropik dan beberapa marga
ditemukan di daerah beriklim sedang dan dingin. Beberapa marga dari suku ini
dibudidayakan dalam jumlah yang luas di dunia dan merupakan tumbuhan yang buah
dan bijinya dapat dimakan, memiliki kandungan
senyawa kimia, bernilai getah dan tanaman pekarangan. Beberapa jenis
seperti mangga, jambu mente, kedondong
menjadi buah kegemaran banyak orang di dunia (Pell, 2004). Mangga dan jambu mente bahkan menjadi
komoditas yang paling disukai hampir di semua belahan dunia. Namun gandaria
yang merupakan kerabat dekat mangga, masih terbatas popularitasnya, karena
distribusi, produksi dan upaya budidaya serta terbatasnya penelitian yang
dilakukan terhadap jenis ini, sehingga popularitasnya tidak sebesar kerabta
dekatnya, mangga dan jambu mente. Padahal potensi yang dimilikinya cukup besar
andaikata pengembangan komoditas ini terus ditingkatkan dengan berbagai
penelitian, percobaan dan persilangan.
Gandaria adalah satu tumbuhan asli Indonesia yang termasuk dalam kelompok suku Anacardiaceae.
Suku Anacardiaceae masih membawahi beberapa marga yang masih berkerabat
dekat dengan Bouea seperti : Anacardium, Androtium, Bouea,
Buchanania, Fegimanra, Gluta, Melanorrhoea, Mangifera, Swintonia (Pell,
2004)
Gandaria
merupakan nama pohon dan buah yang mempunyai nama latin (ilmiah) Bouea
macrophylla. Pohon gandaria juga ditetapkan sebagai flora identitas
dari provinsi Jawa Barat, mendampingi macan
tutul (Panthera pardus) yang ditetapkan sebagai fauna
identitas provinsi Jawa Barat. Pohon gandaria (Bouea macrophylla)
disebut juga sebagai ramania atau kundangan
di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan berbagai nama yang berbeda
seperti gandaria (Jawa), jatake, gandaria
(Sunda), remieu (Gayo), barania (Dayak ngaju), dandoriah
(Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa,
rapo-rapo
kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis). (Anonim,
2010, http://alamendah.files.wordpress.com/2010/06).
Banyaknya muncul nama-nama kultivar lokal ini memperlihatkan tingginya
pemanfaatan tanaman gandaria dalam kehidupan kelompok etnis di Indonesia. Namun
keterbatasan penelitian dan laporan ilmiah mengakibatkan banyak potensinya yang
tidak tergarap, bahkan tanaman ini telah dilaporkan sebagai tanaman langka
Indonesia (Mogea, et al, 2005).
Gandaria dimanfaatkan mulai dari buah,
daun, hingga batangnya. Buah gandaria yang masih muda sering dikonsumsi sebagai
rujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang dapat dimakan
langsung. Daun gandaria sering digunakan sebagai lalap. Sedangkan batang
gandaria dapat dimanfaatkan sebagai papan dan bahan bangunan. Pada beberapa
laporan diketahui bahwa kayu gandaria juga tergolong kayu yang cukup bagus
untuk dijadikan sebagai sarung keris, benda pusaka tradisional dalam masyarakat
pulau Jawa.
Ciri-ciri dari
tanaman gandaria (Bouea
macrophylla) mempunyai tinggi hingga mencapai 27 meter. Pohon yang
ditetapkan sebagai flora identitas Jawa
Barat ini memiliki tajuk yang membulat, rimbun dengan untaian daunnya yang
berjuntai. Pohon ini lambat pertumbuhannya. Daun gandaria berbentuk bundar
telur memanjang sampai lanset atau jorong. Permukaan daun mengkilat dan
mempunyai ujungnya yang runcing. Ukuran daunnya berkisar antara 11- 45 cm
(panjang) dan 4 – 13 cm (lebar). Bunga gandaria muncul dari ketiak daun dan
berbentuk malai. Bunga berwarna kekuningan yang kemudian berubah kecoklatan.
Buah gandaria berbentuk agak bulat dengan diameter antara 2.5-5 cm. Buah
gandaria yang masih muda berwarna hijau. Ketika mulai tua dan matang buah
berwarna kuning hingga jingga. Buah gandaria memiliki daging buah yang
mengeluarkan cairan kental. Buah ini memiliki bau khas yang menyengat dan
memiliki rasa agak asam hingga manis.
Habitat
dan Persebaran. Tanaman gandaria
(Bouea
macrophylla Griffith)
merupakan tumbuhan asli Indonesia yang juga terdapat di semenanjung Malaysia
dan Thailand, Selatan China, Indochina, Myanmar, Pulau Andaman. Di Indonesia
tanaman ini banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Maluku. Pohon
gandaria tumbuh di daerah beriklim tropis yang basah. Secara alami, tumbuhan
yang menjadi flora identitas provinsi Jawa barat ini tumbuh di daerah dataran
rendah hingga pada ketinggian 300 meter dpl. Namun pada tanaman yang
dibudidayakan, gandaria mampu tumbuh dengan baik hingga ketinggian 850 meter
dpl.
2.
Botani Taksonomi Gandaria
Gandaria sebagai satu spesies saat ini sudah
ditetapkan secara baku. Namun dalam perjalanan taksonominya, gandaria mengalami banyak pergantian nama
baik dalam tingkaan spesies maupun dalam tingkatan marga. Karena kemiripannya
dengan mangga, maka jenis ini pernah dikelompokkan dalam marga Mangifera,
yaitu Mangifera oppositifolia Roxb., artinya mangifera
dengan daun berhadapan.
Namun dengan ditemukannya tambahan data-data hasil
penelitian yang lebih lengkap yang secara nyata dapat memperlihatkan perbedaan
antara jenis gandaria dengan jenis mangga, maka gandaria sebagai Mangifera
dipindahkan marganya menjadi Bouea dengan beberapa synonimnya. Beberapa
nama yang pernah diberikan kepada jenis ini antara lain : Bouea oppositifolia
(Roxb.) Meisn. Bouea angustifolia Blume, Bouea burmanica
Griff., Bouea burmanica Griff. var. kurzii
Pierre, Bouea burmanica Griff. var. microphylla
(Griff) Engl., Bouea burmanica Griff. var. roxburghii
Pierre, Bouea diversifolia Miq., Bouea microphylla
Griff., Bouea mysinoides Blume, Mangifera
oppositifolia Roxb., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. microphylla (Griff.) Merr., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. roxburghii (Pierre) Tard., Matania laotica
Gagnep, Tropidopetalum javanicum Turcz. Namun berdasarkan revisi terakhir, maka diketahui bahwa nama
yang benar untuk gandaria adalah Bouea macrophylla
Griffith (Rifai, 1992).
Kingdom : Plantae (Plants)
Subkingdom : Tracheobionta (Vascular plants)
Superdivision : Spermatophyta (Seed plants)
Division : Magnoliophyta (Flowering plants)
Class : Magnoliopsida (Dicotyledons)
Subclass : Rosidae
Order : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Bouea Meisn.
Subkingdom : Tracheobionta (Vascular plants)
Superdivision : Spermatophyta (Seed plants)
Division : Magnoliophyta (Flowering plants)
Class : Magnoliopsida (Dicotyledons)
Subclass : Rosidae
Order : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Bouea Meisn.
Gambar 5 Sketsa Gandaria Bouea macrophylla
Griffith
Secara
taksonomi, Bouea memiliki banyak nama ilmiah, yang merupakan synonim dari Bouea
macrophylla Griffith yang ditetapkan sebagai nama yang benar (The
correct name) untuk jenis gandaria. Beberapa nama lain yang pernah dipublikasikan
untuk jenis yang sama ini antara lain :
2.
Anacardiaceae
Bouea
angustifolia Blume -- Mus. Bot. 1(13): 204.
1850 [Apr 1850 publ. Oct 1850] (IK)
3.
Anacardiaceae
Bouea
brandisiana Kurz -- J. Asiat. Soc. Bengal, Pt.
2, Nat. Hist. 40(1): 50. 1871 (IK)
4.
Anacardiaceae
Bouea
burmanica Griff. -- Account Bot. Coll. Cantor
14. 1845 ; and in J. Asiat. Soc. Bengal 23: 634. 1854 (IK)
5.
Anacardiaceae
Bouea
diversifolia Miq. -- Fl. Ned. Ind., Eerste
Bijv. 3: 522. 1861 [Dec 1861] Alternate title: Flora Indiae
Batavae,...Supplementum Primum. Prodromus Florae Sumatranae (IK)
7.
Anacardiaceae
Bouea
macrophylla Griff. -- Account Bot. Coll.
Cantor 15. 1845 ; and in J. Asiat. Soc. Bengal 23: 635. 1854 (IK)
8.
Anacardiaceae
Bouea
microphylla Griff. -- Account Bot. Coll.
Cantor 15. 1845 ; and in J. Asiat. Soc. Bengal 23: 635. 1854 (IK)
9.
Anacardiaceae
Bouea
myrsinoides Blume -- Mus. Bot. 1(13): 204.
1850 [Apr 1850 publ. Oct 1850] (IK)
12.
Anacardiaceae
Bouea
oppositifolia Meisn. -- Pl. Vasc. Gen.
[Meisner] 75; Walp. Rep. i. 556. (IK)
14.
Bouea macrophylla Griff. PI.
Cantor. (1837?) 15; Engl. in DC. Monog.
Phan. 4 (1883) 239. Bouea gandaria Blume.
Mus. Bot. Lugd.-Bat. 1 (1850) 204; Miq. Fl. Ind. Bat. 112 (1858- 59) 635.
Secara
taksonomi tidak dijumpai permasalahan batasan jenis pada Marga Bouea,
namun pada tingkatan di bawah jenis ditemukan banyak keragaman yang dikenal
dari banyaknya nama lokal yang mengacu kepada jenis ini serta adanya perbedaan
rasa pada daging buahnya.
Gandaria mudah
beradaptasi pada lingkungan budidayanya dan merupakan salah satu komoditas
buah-buahan tropis yang berpotensi baik, sehingga ditetapkan menjadi flora
untuk Provinsi Jawa Barat. Gandari telah dibudidayakan dalam waktu yang cukup
lama dan menjadi bagian dari budaya lokal dimana tumbuhan ini ditemukan,
sehingga penyebutan nama tumbuhan ini menjadi beraneka ragam. Penyebutan nama
gandaria yang berbeda-beda tersebut
merupakan satu cerminan asal usul dan persebarannya. Nama-nama yang
diberikan untuk gandaria lebih mengikuti pola penamaan yang berkembang di
kawasan Asia Tenggara sesuai dengan daerah dan negara asalnya.
3. Penamaan lokal gandaria
Di Asia Tenggara dikenal serangkaian
nama-nama seperti : gandaria, jatake, remieu, barania,
asam djanar, kedjauw lepang, kundang rumania, ramania
hutan, ramania pipit, rengas, tampusu, tolok burung, Umpas, dandoriah,
wetes,
Kalawasa,
rapo-rapo
kebo, buwa melawe, ma praang,
somprang, kundangan, kondongan, gondongan, si
kundangan, rumenia, kemenya, rembunia, rumia, setar, serapoh, asam suku, medang
asam (Heyne, 1927; Rifai, 1992; Rehatta, 2005; ).
Munculnya kerancuan atau perbedaan penamaan gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) yang menggunakan berbagai kriteria seperti
rasa daging buah, atau warna kulit buah matang dimungkinkan oleh plastisitas
morfologi yang besar antara
kultivar-kultivar gandaria yang ada di sentra pertumbuhannya yang
dimungkinkan oleh adanya perkawinan silang antar kultivar, sehingga
menghasilkan bentuk-bentuk antara yang sulit dibuat batasan kultivarnya. Di
sisi lain untuk tujuan pendayagunaan,
pengelolaan dan konservasi plasma nutfah gandaria memerlukan kejelasan nama
dan batasan kultivar.
Identifikasi,
karakterisasi dan evaluasi kultivar dalam jenis gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) belum pernah dilakukan, terutama untuk kultivar-kultivar yang ada di
Indonesia. Sebagian kultivar yang ada di Kalimantan telah dilakukan
identifikasi secara lokal oleh penduduk asli sehingga dikenal adanya hintalu,
ramania pipit, ramania tembaga, ramania harang. Adanya pertautan ciri antara kultivar
gandaria dan besarnya plastisitas ciri
morfologi menjadi salah satu penyebab sulitnya dilakukan pembatasan kultivar
dalam jenis gandaria, sehingga perlu didukung oleh sumber data dengan
pendekatan lain yang lebih komprehensif.
Pemberian nama untuk jenis ini dalam beberapa versi
nama lokal memperlihatkan bahwa gandaria merupakan jenis yang dikenal di banyak
daerah di sentra produksi kawasan Malesiana. Pemberian nama lokal oleh penduduk
setempat ternyata banyak juga yang memiliki arti dan sekaligus memperlihatkan
ciri yang berbeda antara satu tanaman dengan tanaman yang lain.
Di Kalimantan tanaman ini dikenal dengan nama ramania.
Rifai (1992) melaporkan bahwa berdasarkan rasa daging buahnya dikenal adanya : Ramania
pipit yang rasanya manis dan ramania
hintalu (Dicirikan
dengan bentuk buah yang bundar, besar, warna kulit buah kuning mulus, rasa
buahnya yang manis). Selain dua kultivar tersebut, dikenal juga dua nama kultivar lokal
lainnya yaitu ramania tembaga dan ramania
harang yang dicirikan dengan warna kulit buah kuning berbintik-bintik
hitam, berukuran agak kecil. Rasa manis (Saleh dkk, 2005).
. Jadi dengan mengacu nama lokal yang diberikan
penduduk sudah dapat dipastikan bawah di sana dikenal adanya dua kultivar lokal
yang memang sangat berbeda dari segi rasa.
Di Jawa Barat, dikenal dengan nama gandaria atau juga jatake. Namun yang ditemukan di Jawa
Barat umumnya terasa asam dan dimanfaatkan
pada saat buah masih muda. Pemanfaatannya sebagai sambal gandaria
yang merupakan hidangan khas penduduk Jawa Barat yang sangat dikenal.
Pemanfaatan gandaria sebagai sambal juga dikenal oleh suku Dayak dan Suku
Banjar di Kalimantan. Mereka memanfaatkannya sebagai sambal ramania.
Selain di Jawa Barat dan Kalimantan, di Thailand juga
dikenal adanya beberapa kultivar lokal yang juga dibedakan berdasarkan rasa
daging buahnya yaitu :
1.
Ma-praang prew yaitu gandaria yang
rasanya sangat asam. Dilaporkan burung juga tidak mau memakannya setelah
merasakan sangat asam. Kultivar ini ditemukan lira di hutan-hutan Thailand dan
tidak dibudidayakan. Tetapi dapat juga dikonsumsi setelah ditambahkan dengan
garam atau gula.
2.
Ma-praang waan. Kultivar ini merupakan
kultivar yang sangat banyak dibudi dayakan di Thailand. Penanaman berdasarkan
type-type. Beberapa klone telah diseleksi untuk berdasarkan ukuran buah dan
rasa buah. Klone yang sangat dikenal dengan nama ma-praang Ta-it
ini, diseleksi dari daerah Ta-it, Provinsi Nothaburi lebih dari 100 tahun yang
lalu, dan masih populer sampai sekarang.
3.
Ma-yong. Kultivar ini mirip dengan ma-praang waan
atau sweet ma-praang. Perbedaanya hanya terletak pada rasa buah matang. Mayong yang matang memiliki
sedikit rasa asam. Dikenal adanya ma-yong chid,
satu clone yang menghasilkan buah dengan rasa manis dan sedikit rasa asam. Di
Thailand beberapa petani lebih menyukai ma-yong chid dibandingkan ma-praang.
Berdasarkan data-data hasil klassifikasi lokal oleh
penduduk yang wilayahnya menjadi sentra
produksi dari gandaria, maka diketahui ada beberapa pemberian nama kultivar
lokal yang memiliki dara pengelompokan yang cukup jelas dan berlaku umum, namun
apakah memang dapat dipisahkan menjadi beberapa kultivar lokal, masih harus dilakukan
pendataan secara lebih lengkap dengan melakukan observasi pada ke semua
kultivar lokal yang dikenal saat ini. Dari sejumalh 35 nama lokal yang dikenal
untuk gandaria, maka ada 7 kultivar yang paling dikenal saat ini yaitu : ().
Ramania hintalu, (2). ramania
pipit, (3). ramania herang, (4). ramania tembaga (Dari Kalimantan) (5). Ma-praang prew, (6). Ma-praang waan, (7). Ma-praang Ta-it, (8). Ma – yong, (9). Ma-yong Chid (Thailand).
4. Pemanfaatan gandaria dalam kehidupan
Gandaria dimanfaatkan mulai dari buah,
daun, hingga batangnya. Buah gandaria yang masih muda banyak dimanfaatkan
sebagai rujak atau sebagai campuran pada sambal gandaria yang banyak diminati
di Jawa Barat (Sunda).
Buah Gandaria yang masih muda dapat
pula diramu menjadi rujak Kanistren yang
dipergunakan dalam upacara Tebus Wetengan pada saat
wanita sunda hamil 7 bulan. Selain dibuat asinan dan sirup buah gandaria yang
sudah matang juga dapat dikonsumsi (dimakan) langsung.
Gambar 6. Tampilan Sambal Gandaria
Untuk Konsumsi
Daun gandaria yang masih muda sering
kali dimanfaatkan sebagai lalap. Sedangkan batang pohon gandaria bisa digunakan
sebagai papan dan bahan bangunan lainnya. Di samping manfaat dari buah, daun,
dan batang (kayu) gandaria. Pohon ini juga cocok ditanam di halaman sebagai
tanaman peneduh karena memiliki tajuk yang lebat. Kayu tanaman ini dapat
digunakan untuk sarung keris dan untuk bahan bangunan. Sebagai tumbuhan
perenial yang hidupnya menahun, diperkirakan baru berbuah setelah berumur 8-12
tahun, maka gandaria memiliki banyak hal yang dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan manusia. Kualitas kayu yang dihasilkan, memang masih tergolong kayu
kelas menengah.
Di Jawa barat, tanaman ini
sangat dikenal, terutama dengan pemanfaatannya sebagai sambal gandaria. Cara
membuat sambal gandaria cukup mudah. Yang dibutuhkan sama dengan bahan-bahan
untuk membuat sambal terasi biasa yakni, cabe (merah keriting, campur cabe rawit merah/hijau), terasi (jenis apa saja,
tapi saya paling suka terasi Bangka, atau kalau
tidak terasi dari Jawa Timur), tomat,
garam & gula merah. Cabai dan tomat kita rebus sebentar agar lunak, lalu
diulek hingga halus bersama terasi matang (boleh dibakar atau digoreng), garam
dan gula merah. Setelah halus, lalu masukkan daging buah gandaria dan ulek
kasar. Hidangkan bersama lalapan yang segar.
Kandungan rasa asam pada
daging buahnya yang masih muda, dilaporkan sangat merangsang selera makan,
apalagi jika dilengkapi dengan produk makanan lainnya seperti ikan bakar, ikan
goreng dan lain sebagainya. Rasa asam yang terkandung pada buah muda gandaria
diperkirakan akan merangsang kelenjar ludah dibawah telinga (glandula saliva
parotis) untuk mengeluarkan sekretnya. Di dalam sistem pencernaan makanan,
salah satu fungsi ludah adalah untuk membantu sistem pencernaan makanan. Namun
tidak semua rasa asam dapat merangsang kelenjar ludah di bawah telinga untuk
menghasilkan sekretnya. Dengan dikeluarkannya sekret dari glandula saliva
parotis tersebut, timbul rangsangan untuk makan bagi siapa saja yang
mengkonsumsinya. Hal ini sepertinya berkaitan
erat dengan penggunaan andaliman Zanthoxylum acanthopodium
(Rutaceae) dalam makanan khas Batak yang bernama arsik. Arsik juga
merupakan panganan yang sangat merangsang napsu makan orang yang
mengkonsumsinya. Diperkirakan kandungan rasa asam pada andaliman yang berperan
dalam merangsang sekret glandula saliva parotis untuk keluar (Harsono, 2011).
Di beberapa sentra produksi
Indonesia, buah dari tanaman ini diperdagangkan
di sentra-sentra perdagangan. Umumnya buah gandaria diperdagnagkan sesuai
musimnya. Musim buah matang berkisar antara bulan Desember hingga bulan
Februari. Namun ada juga yang dipasarkan dalam keadaan buah muda untuk dijadikan sebagai bahan baku sambal.
Gambar 7. Buah Gandaria
yang sudah maang diperdagangkan di pasar
Di Kalimantan, suku Dayak
dan Suku Banjar juga memanfaatkan Bouea macrophylla Griffith ini sebagai
sumber makanan khas daerah. Di Kalimantan gandaria dikenal dengan nama Ramania,
dan juga dimanfaatkan sebagai sambal ramania yang sangat cocok dipakai untuk
menemani lalapan, ayam, ikan, tahu atau tempe goreng, maupun ikan asin. Cara membuat sambal ini cukup sederhana, yaitu
dengan menghaluskan bahan mentah berupa cabe rawit, bawang merah, garam, gula
atau MSG sedikit, dan terasi bakar. Bila bahan tersebut sudah halus masukan
buah ramania mentah yang diiris dan dimemarkan, aduk sampai merata, siap
dihidangkan. Jenis sambal ini dibuat untuk sekali makan. Sambal ini cocok
dikombinasikan dengan sayur rebus, lalapan, ikan bakar, ikan goreng, daging
maupun sayur berkuah.
Gambar 8. Sambal Ramania, makanan khas
Kalimantan
Selain dua daerah yang
memiliki pendayagunaan gandaria yang sangat khas (Jawa barat dan Kalimantan) ,
di beberapa lokasi lain yang menjadi
sentra produksi buah gandaria, komoditas ini umumnya dimanfaatkan sebagai
konsumsi buah segar, dan di beberapa lokasi di kalimantan lebih dikenal dengan
buah-buahan hutan, karena tidak dihasilkan lewat penanaman oleh penduduk,
tetapi didapatkan dari hutan-hutan yang berdekatan dengan lokasi tersebut.
Umumnya gandaria yang didapatkan dari hutan rasanya asam, kalaupun terasa manis
harus dipetik dalam keadaan yang sangat matang. Selain buahnya, warga lokal memanfaatkan
batang tanaman sebagai sumber papan untuk perumahan, perabotan & kebutuhan
lainnya.
5. Masalah-masalah penelitian pada Gandaria
Eksploitasi tanaman
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) oleh manusia di sentra-sentra produksinya
masih sangat terbatas pada pemanfaaatn buahnya sebagai makanan yang dikonsumsi
dalam keadaan segar. Karena masih sedikitnya eksploitasi terhadap komoditas
ini, maka kepopulerannya masih sangat terbatas di sentra sentra produksi saja
(Kalimantan, Jawa Barat, Thailand). Di luar daerah tersebut gandaria hampir
tidak dikenal. Padahal potensi tanaman yang sangat eksotis ini sedemikian
besarnya. Hal ini membuka peluang bagi dilaksanaknnya penelitian-penelitian baru yang berkaitan
dengan gandaria antara lain :
1.
Batasan – batasan kultivar dari gandaria (Bouea
macrophylla Grifith) perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai
penciri khas seperti anatomi, sitologi, E-RAPD, RAPD, cpDNA trnL-transgenic
spacer, isoenzym, kandungan kimia zat terutama metabolit sekunder.
2.
Pemanfaatan gandaria dalam kehidupan masyarakat pedesaan di
sentra-sentra produksi (Analisis etnobotani).
3.
Inventarisasi dan identifikasi tanaman gandaria Indonesia
untuk melakukan seleksi guna menghasilkan kultivar-kultivar unggul lokal.
4.
Persilangan antar kultivar guna menghasilkan varian-vaian
baru yang lebih berdaya saing.
5.
Peluang keberhasilan persilangan antara Bouea
dengan Mangifera untuk mendapatkan varian-varian baru yang memiliki
buah berukuran lebih besar.
6.
Pengamatan kromosom (jumlah kromosom 2n, basic chromosome number,
karyotype) pada tanaman gandaria (Bouea macrophylla
Griffith).
Beberapa penelitian yang
sudah dilakukan berkaitan dengan tanaman gandaria yang sudah dilaporkan antara
lain :
- Amplified
Fragment Length Polymorphism Analysis for Studying Genetic Relationships
among Mangifera Species in Thailand. J. AMER. SOC. HORT. SCI.
125(2):160–164. 2000
- Fitrya, Lenny Anwar, dan
Era Novitasari . 2010. Isolasi Senyawa Fenolat
dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan,
Indonesia
- Pell., S.C. 2004. Molecular Systematics of The Cashew Family (Anacardiaceae). Dissertasion. The Depart. of Biological Sciences. Louisiana
State University
2.1. Kesimpulan
Beberapa simpulan dan
saran yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan
antara lain :
(1). Keberadaan gandaria di Indonesia Gandaria
merupakan nama pohon dan buah yang mempunyai nama latin (ilmiah) Bouea
macrophylla. Pohon gandaria juga ditetapkan sebagai flora identitas
dari provinsi Jawa Barat. Informasi tentang kultivar, varietas maupun galur-galur pada
gandaria yang tersebar dan dibudiayakan di Indonesia masih sangat kurang didapatkan.
Dalam beberapa pustaka hanya ditemukan
beberapa nama lokal seperti jatake, ramania dan gandaria. Informasi yang didapatkanpun masih terbatas
pada keberadaan, pemanfaatan secara lokal, dan pamasaran yang juga terjadi di
pasar-pasar tradisional dan dalam waktu-waktu yang juga tertentu.
(2). Gambaran botani taksonomi
gandaria Beberapa nama yang pernah
diberikan kepada jenis ini antara lain : Bouea oppositifolia
(Roxb.) Meisn. Bouea angustifolia Blume, Bouea burmanica
Griff., Bouea burmanica Griff. var. kurzii
Pierre, Bouea burmanica Griff. var. microphylla
(Griff) Engl., Bouea burmanica Griff. var. roxburghii
Pierre, Bouea diversifolia Miq., Bouea microphylla
Griff., Bouea mysinoides Blume, Mangifera
oppositifolia Roxb., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. microphylla (Griff.) Merr., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. roxburghii (Pierre) Tard., Matania laotica
Gagnep, Tropidopetalum javanicum Turcz. Namun berdasarkan revisi terakhir, maka diketahui bahwa nama
yang benar untuk gandaria adalah Bouea macrophylla
Griffith
(3). Gambaran penamaan kultivar gandaria
Di Asia Tenggara dikenal
serangkaian nama-nama seperti : gandaria, jatake, remieu, barania,
asam djanar, kedjauw lepang, kundang rumania, ramania
hutan, ramania pipit, rengas, tampusu, tolok burung, Umpas, dandoriah,
wetes,
Kalawasa,
rapo-rapo
kebo, buwa melawe, ma praang,
somprang, kundangan, kondongan, gondongan, si
kundangan, rumenia, kemenya, rembunia, rumia, setar, serapoh, asam suku, medang
asam
(4). Pemanfaatan gandaria dalam
kehidupan kelompok etnis di Indonesia Gandaria dimanfaatkan
buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria berwarna
hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak
atau campuran sambal gandaria di
Jawa Barat dan sambal ramania di kalimantan. Buah
gandaria yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat
dimakan langsung. Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat
digunakan sebagai papan
(5). Masalah-masalah taksonomi
kultivar-kultivar gandaria Indonesia
yang membuka peluang penelitian antara lain : (1). Batasan – batasan kultivar
dari gandaria (Bouea macrophylla Grifith) perlu
dilakukan dengan menggunakan berbagai penciri khas seperti anatomi, sitologi,
E-RAPD, RAPD, cpDNA trnL-transgenic spacer, isoenzym, kandungan kimia zat
terutama metabolit sekunder. (2). Pemanfaatan gandaria dalam kehidupan
masyarakat pedesaan di sentra-sentra produksi (Analisis etnobotani). (3).
Inventarisasi dan identifikasi tanaman gandaria Indonesia untuk melakukan
seleksi guna menghasilkan kultivar-kultivar unggul lokal. (4). Persilangan
antar kultivar guna menghasilkan varian-vaian baru yang lebih berdaya saing.
(5). Peluang keberhasilan persilangan antara Bouea dengan Mangifera
untuk mendapatkan varian-varian baru yang memiliki buah berukuran lebih besar.
(6). Pengamatan kromosom (jumlah kromosom 2n, basic chromosome number,
karyotype) pada tanaman gandaria (Bouea macrophylla
Griffith).
2.2. Daftar Pustaka
Anonim,
2011. Resep makanan Daerah Kalimantan.
ttp://resepmasakandaerahku.
blogspot.
com/2011/12/sambal-ramania.html.
Anonim, 2010, Gandaria
(Bouea macrophylla) http://alamendah.files.wordpress.
com/2010/06
Anonim,
2011. Resep makanan Daerah Kalimantan.
ttp://resepmasakandaerahku.
blogspot.com/2011/12/sambal-ramania.html.
Griffith . 1854. Bouea macrophylla Griff., Pl. Cantor in Journal Asia Soc.
Benghal : 23 (1854)
Heyne, K. 1927. De Nuttige Planten
Van Netherlands Indie. Vol. 2 967-969. Gedruke by Ruygrok & Co.
Batavia
Meisnerr. 1837. Bouea oppositifolia (Roxb.)
Meisn. Pl. vasc. gen. 2:55. 1837
Miquel. 1859. Bouea gandaria Blume ex
Miq. Flora. Nedherland Indie 1(2):635. 1859
Pell., S.C. 2004. Molecular Systematics of
The Cashew Family (Anacardiaceae). Dissertasion. The
Depart. of Biological Sciences. Louisiana State University
Rifai, M.A., 1992. Bouea macrophylla Griffith.
In Coronel, R.E. & Verheij, E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East
Asia. No. 2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp.
104-105.
Rehatta,H.
2005. Potensi dan pengembangan tanaman gandaria (Bouea macro
phylla Griffith) di desa Soya Kecamatan Sirimau, Kota Ambon.
Laporan Hasil Penelitian. Lemlit.
Universitas Pattimura. Ambon.
Rudini, 1990. Daftar Identitas
flora dan fauna daerah. Jakarta. Depdagri.
Saleh, M.
Mawardi M., Eddy W. dan D. Hatmoko, 2005. Determinasi Dan Morfologi Buah
Eksotis Potensial Di Lahan Rawa. Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru
Tim Penulis Penebar Swadaya, 1990. Mengenal
Tanaman Langka Indonesia, Jakarta: Penebar Swadaya, Cetakan III.
GANDARIA (Bouea macrophylla
Griffith)
TUMBUHAN LANGKA INDONESIA &
FLORA KHAS JAWA BARAT
Makalah Untuk Mata Kuliah
Tugas Khusus I
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Nursahara Pasaribu, M.Sc.
OLEH :
Tri Harsono
NIM. 118109002
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur dihatukan ke hadirat Allah SWT yang atas
limpahan nikmat kesehatan & kejernihan fikiran sehingga penyusunan makalah
mata kuliah Tugas Khusus I yang berjudul “Gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) Tumbuhan Langka Indonesia & Flora Khas Jawa Barat“ ini dapat
diselesaikan sesuai rencana.
Makalah ini memuat sejumlah
laporan hasil penelitian, tulisan, buah fikiran tentang salah satu tumbuhan
langka Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Gandaria (Bouea macrophylla)
dari berbagai penulis dan sumber yang diramu menjadi satu tulisan ilmiah. Makalah ini juga berkaitan dengan rencana
penelitian yang akan dilaksanakan sebagai salah satu langkah awal menuju
penelitian yang berjudul Biosistematika Gandari (Bouea macrophylla
Griffith) Indonesia. Penelitian ini nantinya akan digunakan sebagai laporan
hasil penelitian dalam bentuk disertasi. Disadari bahwa sejumlah kekurangan dan
kelemahan masih mungkin ditemukan dalam tulisan ini, untuk itu kritikan, masukan
dan saran untuk perbaikannya diterima dengan senang hati.
Ucapan terimakasih
dihaturkan kepada ibu Dr. Hj. Nursahara Pasaribu, M.Sc. selaku dosen
pengampu mata kuliah Tugas Khusus I pada Program S-3 Sekolah Pascasarjana USU,
atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang diberikan pada saat perkuliahan
dan pembimbingan sehingga penyusunan tulisan kecil yang juga merupakan tugas
terkait mata kuliah ini dapat diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap
tulisan ini memberikan manfaat kepada siapa saja penggunanya.
Medan, Januari
2012
Penulis,
Tri Harsono
NIM.
118109002
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR
ISI ii
DAFTAR
GAMBAR iii
1.1.Pendahuluan 1
1.2.Permasalahan 4
1.3.Metode
Penulisan 4
1.4.Pembahasan 4
1.4.1. Keberadaan
Gandaria Indonesia 4
1.4.2. Botani
taksonomi Gandaria 8
1.4.3. Penamaan
lokal gandaria 12
1.4.4. Pemanfaatan
gandaria 14
1.4.5. Masalah
masalahpenrlitian gandaria 19
1.5. Kesimpulan 20
Daftar Pustaka 22
ii
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Tanaman Gandaria yang sedang
berbuah 2
Gambar 5 Sketsa
Gandaria Bouea macrophylla Griffith 10
Gambar 6. Tampilan Sambal Gandaria Untuk Konsumsi 15
Gambar 7. Buah Gandaria yang sudah maang diperdagangkan di pasar 17
Gambar
8. Sambal Ramania, makanan khas Kalimantan 18
iii