DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
1.1. Pendahuluan 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Pembahasan
1.3.1. Taksonomi Tumbuhan 3
1.3.2. Ontologi Taksonomi Tumbuhan 6
1.3.3. Epistemologi Taksonomi Tumbuhan 11
1.3.4. Aksiologi Taksonomi Tumbuhan 16
1.4. Kesimpulan 19
DAFTAR PUSTAKA 20
KAJIAN FILSAFAT TAKSONOMI
TUMBUHAN
Tri Harsono
118109002
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak
kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan
dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan
tidak menggantungkan diri kepada [agama] lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul
di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga
secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi
gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi
filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah
guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya
Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat. Buku karangan plato yg terkenal adalah berjudul "etika,
republik, apologi, phaedo, dan krito".
Tulisan berikut ini mencoba memaparkan tentang cabang-cabang
dalam filsafat, yang pertama disebut
landasan ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang ditelaah
ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan
antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan
mengindera) yang dapat menguak pengetahuan?. Kedua di sebut dengan
landasan epistemologis; berusaha menjawab bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya ? Cara/teknik/sarana
apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?. Sedang
yang ketiga, disebut dengan landasan aksiologi. Landasan ini akan menjawab, untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/professional?
Jadi untuk dapat membedakan jenis pengetahuan yang satu dari
pengetahuan-pengetahuan lainnya, kita membutuhkan jawaban-jawaban dari ketiga
pertanyaan ini. Dengan adanya jawaban ini maka dengan mudah kita dapat membedakan
berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. Hal
ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu,
seni dan agama serta meletakkan mereka pada tempatnya masing-masing yang saling
memperkaya kehidupan kita. Tanpa mengenal ciri-ciri tiap pengetahuan dengan
benar maka bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan kegunaanya secara maksimal
namun kadang kita salah dalam menggunakannya. Ilmu dikacaukan dengan seni, ilmu
dikonfrontasikan dengan agama, bukankah tak ada anarki yang lebih menyedihkan
dari itu ?
Taksonomi Tumbuhan sebagai satu bagian dari ilmu pengetahuan
yang mencoba membahas tentang pencirian, penamaan, pengelompokan dan
penelusuran kekerabatan antara satu takson dengan takson lain pada dunia
tumbuhan, juga dapat dianalisis dengan menggunakan tiga hal di atas yaitu :
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Bagaimana sikap dan pandangan kita
terhadap Taksonomi Tumbuhan ditinjau dari 3 konteks tersebut akan diulas dalam
tulisan berikut ini.
1.2. Permasalahan
Berbagai kajian tentang filsafat telah dibahas oleh para
ahli-ahli filsafat. Berbagai dasar dan pijakan dijadikan untuk melakukan
analisisi terhadap filsafat dan perkembangan
filsafat dari waktu ke waktu.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba melakukan ulasan atau
kajian tentang filsafat ditinjau dari segi ontologi, epistemologi dan
aksiologi. Kajian dilakukan terhadap Taksonomi Tumbuhan.
Metode yang dilakukan bervariasi dari pembahasan literatur,
pengalaman dan ulasan pribadi serta berbagai pendapat orang lain yang berkaitan
dengan ontologi, epistemologi dan
aksiologi dari Taksonomi Tumbuhan.
1.3. Pembahasan
1.3.1. Taksonomi Tumbuhan
Dahulu orang menganggap istilah taksonomi dan sistematika
sebagai dua istilah yang mempunyai satu arti dan digunakan secara
berganti-ganti dengan pengertian yang sama, tetapi dalam perjalanan sejarahnya
kata taksonomi dan sistematika kemudian diberi makna yang
berbeda. Taksonomi diartikan sebagai teori daan praktek klasifikasi mencakup
pemberian nama dan penyusunan yang sistematis dan tumbuhan dan hewan kedalam
kelompok-kelompok. Sementara sistematika oleh Simpson (1961) diberi batasan
sebagai studi tentang macam-macam organisme, keanekaragamannya serta hubungan
serta hubungan kekerabatan diantara mereka.
Sistematika berasal dari bahasa Yunani yang diartikan yaitu systema.
Kata ini diterapkan di dalam klasifikasi oleh Linneus pada tahun 1735 dalam
bukunya yang berjudul ”Systema Nature”. Sistematika mempunyai tugas untuk
menentukan keanehan-keanehan apa yang dimiliki oleh setiap takson dengan cara
membanding-bandingkan. Selanjutnya menentukan ciri-ciri apa yang secara umum
dimiliki oleh takson-takson tertentu saja.
Dari uraian di atas kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara
mengelompokkan organiisme itu. Langkah pertama ialah dengan mengadakan
observasi terhadap tumbuhan maupun hewan yang dipelajari untuk melihat
persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lain serta untuk menentukan
jauh dekatnya hubungan kekerrabatan diantara mereka. Ciri-ciri yang mungkin
dapat digunakan untuk membedakan jenis-jenis itu ialah: struktur, bentuk,
ukuran, warna, sejarah hidup, aktiivitas fisiologi, cara perkembangbiakan,
susunan kimia tubuh.
Taksonomi sebagai salah satu cabang biologi ternyata diperlukan oleh
ilmu-ilmu lain. Beberapa cabang biologi menunjukkan ketergantungan pada
taksonomi. Dalam ilmu ekologi, taksonomi merupakan dasar yang sangat esesial,
sebab hampir tidak ada survai ekologi yang tidak memerlukan identifikasi
spesies. Berbicara tentang spesies berarti kita berbicara tentang taksonomi
atau sistematika. Dalam kaitannya dengan ilmu lain, taksonomi sangat penting di
dalam geologi dan stratigrafi. Kedua cabang ilmu terakhir itu sangat memerlukan
ketepatan identifikasi fosil yang dipandang sebagai spesies kunci. Di dalam
taksonomi dikenal adanya beberapa genus yang mempunyai 2 atau lebih spesies
yang menunjukkan ciri-ciri yang sangat mirip. Spesies-spesies itu mungkin lebih
mudah dibedakan satu sama lain dari sifat fisiologinya dari pada ciri morfologi
luar. Dalam hal ini terlihat adanya hubungan yang sangat erat antara taksonomi
dan fisiologi.
Dalam bidang botani, peranan taksonomi dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan atas pengkajian hubungan kekerabatan antar tumbuhan, dapat
ditunjukkan adanya jenis-jenis tumbuhan yang berguna sebagai obat-obatan, bahan
industri perkayuan, dan lain-lain. Selain itu sistematik juga mempunyai peranan
di dalam usaha memperoleh bibit unggul. Dengan bekal pengetahuan alat
sistematika kita dapat mengenal berbagai jenis tumbuhan yang berguna untuk mencandra
lingkungan suatu daerah.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka Biologi berkembang manjadi disiplin
ilmu yang memiliki berbagai cabang yang mencakup Botani, Zoologi dan
Mikrobiologi. Satu diantaranya adalah Taksonomi Tumbuhan. Taksonomi Tumbuhan adalah satu disiplin ilmu cabang Botani yang
khusus mempelajari tentang pencirian, penamaan, penggolongan
dan penelusuran kekerabatan. Ciri dan nama
merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang menyatakan tentang nama sebuah benda, atau nama satu
buah-buahan, maka secara tidak langsung orang tersebut telah melakukan semacam
kesimpulan untuk sebuah ciri-ciri dengan satu nama. Konsep ini menjadi lebih
jelas ketika seseorrang ditanya tentang sebuah nama buah atau tanaman atau
tumbuhyan yang sama sekali belum dikenalnya. Maka secara langsung orang yang
ditanya kembali akan bertanya bagaimana ciri-ciri dari nama yang ditanya
tersebut.
Nama merupakan satu bagian penting dalam kehidupan. Demikan juga halnya
dengan nama dalam komunikasi ilmiah yang lebih dikenal dengan nama ilmiah
(scientific names). Kalau komunikasi ilmiah menggunakan nama lokal sering kali
menyebabkan permasalahan dalam penafsiran. Misalnya saja terjadi komunikasi dan
membicarakan masalah pembuatan sayur daun ubi tumbuk (Manihot utilissima)
maka digunakan sejenis pewangi sayuran yang di Jawa namannya combrang
atau kecombrang, namun dengan orang Sunda namanya Honje.
Ketika kita berada di Medan namanya adalah kincong atau kencong
atau kincung yang masih memiliki variasi lagi seperti siala,
cekala, rias, dll. Masih banyak lagi permasalahan
dalam hal nama lokal dan nama ilmiah yang lebih dikenal dengan nama homonim
atau sinonim. Misalnya Zanthoxylum acanthopodium yang di Tapanuli
dikenal sebagai Andaliman, maka di Tapanuli Selatan dikenal sebagai Sinyarnyar
dan di Karo dikenal sebagai Tuba namun di Gayo (Takengon) dikenal
sebagai Empan. Billa orang suku Karo membutuhkan Tuba dan mencarinya
dengan orang suku Melayu, maka akan diberikan sejenis tumbuhan yang
akarnya mengandung racun. (Derris eliptica). Jadi konsep
tuba yang berbeda akan memberikan kesan dan maksud yang berbeda dalam
pelaksanaan hidup sehari-hari. Sedangkan jika seandainya nama tersebut
diberikan dalam bahasa ilmiah (Bahasa Latin), maka dimanapun di dunia ini nama
tersebut telah menjadi semacam kesepakatan internasional. Meskipun pada tahap
awalnya hanya dikenal oleh kelompok ilmuwan dari golongan ilmu-ilmu Botani.
Dari nama dan ciri kemudian manusia berusaha melakukan kegiatan
penggolong-golongan. Dalam berbagai bentuk kehidupan, manusia melakukan
penggolong-golongan yang kesemuanya bertujuan untuk memudahkan pengenalan dan
penyederhanaan pembahasan tentang objek yang dipelajari yang jumlahnya
sedemikian banyak. Ketika orang berbicara tentang jenis-jenis hewan, maka
berbagai jenis bahkan ribuan jenis hewan hidup dipermukaan bumi. Masing-masing
hewan memiliki sejumlah ciri dan kekhasan. Misalnya kelompok pisces yang hidup di
air, Amphibia yang masih hidup di
air, tetapi sudah mulai meninggalkan kehidupan air, Reptilia yang sudah meninggalkan air namun masih berada disekitar
kehidupan air atau lokasi yang lembab serta Aves
dengan sayapnya dan Mammalia dengan
kelenjar susunya. Kelompok hewan yang demikian banyak dibagi menjadi dua
kelompok saja yaitu Hewan bertulang belakang (Vertebrata) dan Hewan tidak
bertulang belakang (Invertebrata). Kemudian vertebrata masih lagi dibagi menjadi Pisces, Amphibia, Aves dan Mammalia. Demikian juga halnya dengan
tumbuh-tumbuhan yang jumlahnya demikian besar dikelompokkan menjadi dua
kelompok yaitu Tumbuhan Rendah (Acormophyta
kormus artinya dapat dibedakan akar, batang dan daun, Phanerogamae) dan
Tumbuhan Tinggi (Cryptogamae = Cryptos = Cryptomeri = tersembunyi).
Tumbuhan juga dapat dikelompokkan berdasarkan ciri lain yaitu kesempurnaan
organ tubuhnya dan secara filogenetik sehingga dikenal adanya : Schyzophyta (Schyzo = belah. Phyta =
tumbuhan), Thallophyta, Bryophyta,
Pteridopphyta (pteron = sayap) dan Spermatophyta.
Bila kita menyatakan Schizophyta, maka
akan terbayang dibenak kita sejumlah tumbuhan rendah dari kelompok Cyanophyceae (cyano = blue-green atau
biru-hijau atau biram) dan Schyzomycetes.
Namun bila kita menyatakan Spermatophyta,
maka akan terbayang dibenak kita sekelompok tumbuhan yang memiliki bunga
dan biji, bukannya tumbuhan yang memiliki sperma. Pengertian sperma mengacu
kepada alat kelamin yang ada pada tumbuhan yang mencakup Pistillum dan Stamen.
Dari pengelompokan tumbuhan kita berlanjut ke penelusuran kekerabatan. Ketika
kita memberikan nama ilmiah kepada pohon Waru menjadi Hibiscus tiliaceus maka secara spontan kita telah menyatakan bahwa
antara Waru (Hibiscus tillaceus) dengan
kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan
saudara kerabat dekat dan satu marga yaitu sama-sam marga Hibiscus. Dengan melihat nama ilmiah kita secara spontan dapat
menyatakan bahwa kekerabatan antara Hibiscus
rosa-sinensis, Hibiscus rosa-arceri, Hibiscus schizopetalus, Hibiscus
sabdariffa, Hibiscus tiliaceus merupakan satu kerabat dekat. Demikian juga
antara Ipomoea tripida, Ipomoea batatas,
Ipomoea reptansi, Ipomoea aquatica, Ipomoea pas-caprae, merupakan kerabat
dekat.
1.3.2. Ontologi Taksonomi Tumbuhan
Objek telaah ontologi
adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada
umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak digunakan
ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi
membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas
dalam semua bentuknya.
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi
pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya
akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran
materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme. Ontologis ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu?
Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara
objek tadi dengan daya tangkap manusia (sepert berpikir, merasa dan mengindera)
yang membuakan pengetahuan ?.
Dalam taksonomi, maka konsep nama merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam kehidupan. Nama mewakili sejumlah nama dan sifat yang dimiliki suatu
tumbuhan. Nama dapat berbentuk nama lokal (Local
name, Vernacular name atau Common name). Nama ilmiah yang kita gunakan
sekarang ini telah melalui berbagai seleksi pemberian nama yang cukup panjang
dengan menguraikan beberapa ciri penting yang dimiliki tumbuhan. Nama yang
demikian ini dikenal dengan Polinomial.
Misalnya Sambucus caule arboreo ramoso
floribus umbellatus nigro (Pohon sambukus yang batangnya kayu
bercabang-cabang dengan bunga berbentuk payung dan warnanya hitam). Atau nama lain seperti : Solanum fomiferum fructo rotundo striato
molly. Pemberian nama sistem Polinomial
membuat banyak permasalahan antara lain unjtuk mengingat nama ilmiah yang
demikian panjang serta menghafal nama Latin yang tergolong sulit untuk kalangan
non-ilmuwan Botani. Sementara itu setiap ilmuwan juga memberikan nama ilmiah
menurut versi, sifat dan cirinya masing-masing. Dengan kendala-kendala tersebut
maka akhirnya pada 01 Mei 1753 Carollus
Linneus (Karl Von Linne) menerbitka buku Species Pllantarum yang memuat pemberian nama ilmiah dengan sistem
nama ganda atau Binomial System yang mencakup : (1). Nama ilmiah harus dalam nama Latin atau dilatinkan. (2). Nama ilmiah
terdiri dari dua kata. Kata
pertama menerangkan genus (marga) sedangkan kata kedua menerangkan jenis
(Epitheton specificus). (3). Huruf pertama
kata pertama ditulis dengan huruf besar, sedangkan huruf pertama kata kedua
ditulis dengan huruf kecil. (4). Bila dicetak
miring maka yang dimirinkan hanya nama ilmiah. Nama Author tidak dicetak
miring. Demikian juga bila digaris bawahi, maka yang digaris bawahi adalah nama
ilmiah. Nama author tidak digaris bawahi. (5). Penggunaan tanda titik harus sangat diperhatikan. Sebab titik adalah
nama ilmiah punya arti yyang sangat diperhitungkan Misal Pinang Mawar (Actinorhytis calapparia (BI.) Wend. Et Drude ex Scheffer). (6). Ingat penulisan
dalam cetak miring atau digaris bawahi bukan merupakan peraturan utama dan
tidak tercantum dalam ICBN (Internasional
Code Botaniical Nomenclatur) penulisan bercetak miring atau bergaris bawah
dua hanya untuk memudahkan pengenalan diiantara tulisan-tulisan lainnya.
Ditulis cetak miring bila menggunakan komputer atau mesin tik yang dilengkapi
dengan huruf Italic, dan digaris dua bila menggunakan mesin tik yang tidak
dilengkapi dengan huruf Italic. (7). Bila anda kurang jelas atau tidak jelas tentang
nama author (pemberian nama yang pertama), maka cukup tuliskan nama ilmiahnya
saja. Jangan beranggapan bahwa adanya nama ilmiah, lalu tulisan anda akan naik
peringkatnya. Dengan kesalahn
penulisan nama author, maka kualitas penelitian atau tulisan ilmiah akan
menjadi hancur. Ingat...... Nama ilmiah adalah semacam AKTA KELAHIRAN
bagi satu tumbuhan yang telah, sedang dan akan diteliti. Jadi bila anda ragu-ragu dalam memberikan nama
ilmiah jangan berikan nama yang salah. Tapi pastikan saja dengan nama lokal
yang ada. Namun ketika sudah dipastikan nama ilmiahnya, maka berikanlah
informasi terbaik kepada pembaca.
Baik tumbuhan maupun hewan nama ilmiah takson pada tingkat kategori jenis
harus bersifat ganda (terdiri atas dua kata), berbentuk tunggal, dalam bahasa
Latin atau bahasa lain yang diperlakukan sebagai bahasa Latin. Kata pertama
merupakan nama takson tingkkat marga (genus) yang membahawai jenis yang
bersangkutan, kata kedua disebut petunjuk jenis atau epitheton specificum. Walau ada sementara
orang atau buku yang menyebut kata kedua sebagai nama jenis, tetapi hal itu
tidak tepat oleh karena pendapat itu bertentangan dengan asas yang mengatakan bahwa nama jenis harus
bersifat ganda. Direkomendasikan agar huruf pertama nama takson tingkat genus saja uang ditulis dengan
huruf besar, sedangkan untuk petunjuk jenis tidak perlu dimulai dengan huruf
besar, sekalipun kata itu mungkin diambil dari nama orang atau daerah. Contoh
berikut dapat memperjelas uraian di atas.
Nama
takson tingkat kategori jenis tumbuhan : Cinchona
ledgeriana
(1)
(2)
Bila diperhatikan maka jelaslah bahwa (1) merupakan nama genus, ditulis
dengan huruf pertama C (besar), sedang petunjuk jenis (2) ditulis dengan huruf
kecil semua walaupun kata ledgeriana diambil dari nama orang ledger.
Penerapan sistem ganda bagi jenis-jenis tumbuhan dilakukan secara konsisten,
sehingga bila nama takson tingkat jenis untuk tumbuhan terdiri atas lebih dari
dua kata, maka kata kedua dan berikutnya harus disatukan atau ditulis dengan
tanda hubung. Contoh : Hibiscus rosa sinensis ditulis Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis.
Ketentuan lain mengatakan bahwa
nama takson tingkat jenis untuk tumbuhan tidak boleh merrupakan suatu tautonim yaitu nama yang terdiri
atas dua kata yang persis sama atau dua kata yang hampir sama. Misalnya : Linaria linaria (dua kata yang sama) Boldu boldus (dua kata yang hampir sama)
setiap mempublikasikan suatu nama takson baru, nama tersebut harus disertai candra
(deskripsi) atau setidak-tiidaknya diagnosis (candra singkat) yang
disusun dalam bahasa latin. Berbeda dengan ketentuan tentang cara pemberian
nama tumbuhan, cara pemberian nama takson tingkat jenis untuk hewan masih
dibenarkan adanya tautonim seperti misalnya : Gallus gallus (ayam). Bahasa pada publikasi nama takson hewan baru
tidak perlu bahasa lain, tetapi boleh dalam lain seperti bahasa Inggris, bahasa
Prancis, bahasa Jerman.
Dalam pengajaran Biologi, kkhususnya mempelajari klasifikasi tumbuhan,
banyak siswa maupun gurunya beranggapan bahwa pelajaran tersebut bersifat
hafalan semata. Belajar mengenal nama ilmiah atau penggolongannya, selain
mengandung hafalan adalah yang utama belajar tentang fakta adalah lebih mudah
dari pada menghafal nama-nama tumbuhan ataupun penggolongannya tanpa makna.
Nama ilmiah tumbuhan ataupun penggolongannya adalah mengandung makna tentang
sifat-sifat yang menonjol dari tumbuhan itu, atau yang menjadi ciri khasnya.
Nama tumbuhan adalah menyatakan karakteristik atau sifat tertentu yang menonjol
dari jenis tumbuhan itu. Karakteristik
ini biasanya yang mudah dikenali dalam pengamatan, dan berhubungan dengan
hal-hal berikut:
1.
Sifat akarnya Nama
bengkoang adalah lebih dikenali dari sifat akarnya yang menggembung, mengandung
zat cadangan makanan berasa manis; akkar yang demikian disebut Pachyrrihizus (pachy = menggembung, rhizus = akar), maka nama ilmiahnya Pachyrrihizus erosus.
2.
Sifat Batangnya Nama
kayu manis adalah lebih dikenali dari wangi batang dan kulit kayunya yang
berwarna coklat (cinnameus) dan
berasa manis; maka nama ilmiahnya Cinnamomum
(kayu coklat/manis).
3.
Sifat Daunnya Tanaman
hias tapak toke kebih dikenali dengan ciri daunnya yang menebal (crassus) berwarna bercak-bercak maka
memiliki nama ilmiahnya Crassula (tapak
toke, berdaun menebal). Contoh lain : Eceng gondok lebih dikenali dari tangkai
daunnya yang menggembung seperti alat apung; maka nama ilmiahnya Euchornia crassipes. Kastuba lebih
dikenali dengan daun-daunnya yang indah berwarna-warni (pulcher) dari genus Euphorbia;
maka memiliki nama ilmiah : Euphorbia
pulcherrima. Keji beling memiliki daun dan batangnya berwarna (colour),
warna ungu; maka disebut Hemmigraphis
colorata.
4.
Sifat Bunganya. Tumbuhan
dadap lebih dikenali dari bunganya yang berwarna merah (erytrine); maka nama
ilmiahnya Erytrina. Kacang babi
berbunga warna keabu-abuan (tephros);maka disebut Tephrosin. Bunga kancing
memiliki bentuk karangan bunga yang membulat (globe); maka disebut Gomprena globosa. Turi merupakan jenis Sesbania yang tergolong besar bunganya (grandiflora); maka disebut Sesbania grandiflora.
5.
Sifat Buahnya Delima memiliki bunga berwarna
merah-delima (puniceus) dan bentuk
buah membulat yang isinya berrbutir-butir (granum)
maka disebut Punica granatum. Kacang panjang berbuah bentuk silinder; maka
disebut Vigna cylindrica. Srikaya
dikenal buahnya tampak seperti bersisik (squama)
disebut Annona squamosa. Leunca
dikenal buahnya berwarna hitam bila telah menua; disebut Solanum nigrum (ingat bangsa Negro,
berkulit hitam; hitam = niger,
neggros). Kacang tanah dikenal dengan buahnya yang tumbuh didalam tanah (Hypo=bawah, geo=tanah); disebut Arachis
hypogaea.
6.
Sifat bijinya Tumbuhan berbiji keping satu (Monocotyledoneae), tumbuhan berbiji
keping dua (Dicotyledoneae). Ketika
anda memakan jengkol (Phitecellobioum
lobatum Syn. Archidendron jiringa), maka yang anda makan tersebut
adalah kotiledon atau nama lainnya endosperma, keping biji, daging buah.
7.
Sifat rhizoma (akar tinggal) Kulit memiliki akar tinggal berrwarna
kuning, karena mengandung zat penguning (curcumin)
untuk kebutuhan rumah tangga (domesticus);
maka disebut Cuurcuma domestica. Temu
lawak memiliki rizhoma berwarna kuning pucat; maka disebut Curcuma xanthorhiza.
8.
Sifat tumbuhan berumbi (memiliki tuber) Solanum
tuberosum (kentang) Polianthes tuberosa (bunga sedap malam)
9.
Sifat kandungan zatnya Mengandung
zat alkaloid seperti: Coffe sp. (kopi) mengandung kafein. Fapaver somniferum (penghasi; candu) mengandung fapaverin. Erytroxilon coca (mengandung kokain sejenis
narkoba). Cannabis sativa (Ganja
mengandung cannabinin). Mengandung zat rasa pedas (capsein) Capsicum annuum (cabe merah, berumur setahun). Capsicum frutescens (cabe rawit,
berbatang mirip perdu/frutex, karea berumur lebih dari satu tahun). Mengandung
zat penghangat (menthos)
Mentha arvensis, penghasil minyak
menthoos untuk pembuatan permen hangat atau obat batuk.
10.
Sifat kegunaannya Bahan
kebutuhan rumah tangga (domesticus) Lansium domesticum (duku), Curcuma domestica. Saccarum
officinarum (tebu), Zingiber
officinale (jahe) dan sebagainya. Bahan kebutuhan sehari-hari (Vulgaris)
Foeniculum vulgare (adas, bahan kecap, obat-obatan). Phaseolus vulgaris (kacang buncis). Bahan kebutuhan pabrik
(tertentu) Musa textilis (pisang
manila, untuk karung). Nicotiana toobacum (tembakkau, untuk rokok). Papaver somniferum (opium = candu untuk obat tidur).
Phyllantus urinaria (rumput meniran, obat lancar kencing/ginjal). Bahan
untuk dimakan (edulis atau esculentum) dan kepuasan makan (sativus). Oryza sativa (padi/beras, makanan pokok Indonesia). Allium sativum (bawang putih, bumbu
penyedap). Canna edulis (ganyong). Manihot esculenta (singkong, ubi kayu).
11.
Sifat Habitatnya Ipomoea aquatica (kangkung – lingkungan air). Avicennia marina (kayu api-api hidup di
pantai memiliki akar nafas). Musa
paradisiaca (pisang di kebun raja). Sifat simbiontnya/ tumbuhan inangnya Anabaena azollae (jenis alga biru hidup
di Azolla). Anabaena cycadeae (jenis alga biru hijau yang hidup di pakis haji Cycas rumphii). Sifat habitus/ kebiasaan
tumbuh batangnya Tumbuhan
memanjat (scandens) : Paederia scandens (kahitutan), Entada scanders. Tumbuh mengapung di air
(natans). Salvinia natans (kyambang, apu-apuan). Percabangan batang tegak (erectus). Tagetes erecta (bungan
tahi ayam- tanaman hias). Berhubungan dengan asal daerah/geografinya Sering
digunakan sebagai penunjuk spesies tumbuhan biasanya ditambah akhiran –nsis, -nus, -icus, atau –atica. Contoh
: Hevea brazilliensis (karet brasil),
Coffea arabica, Persea americana (alpukat),
Centela asiatica. Thea assamica,
Dyospyros celebica, Salacca borneensis, Calamus karoensis, Clitoria ternatea.
1.3.3.
Epistomologi Taksonomi Tumbuhan
Masalah epistemology
bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan
dengan sarana apakah kita dapat memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas
pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada
akhirnya tidak dapat diketahui. Memang sebenarnya, kita baru dapat menganggap
mempunyai suatu pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan
epistemology. Kita mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh
pengetahuan, atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai
hanyalah kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat
menetapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya kepastian
yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya. Manusia tidaklah
memiliki pengetahuan yang sejati, maka dari itu kita dapat mengajukan
pertanyaan “bagaimanakah caranya kita memperoleh pengetahuan”?
Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses yang
memungkinkan di timbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya ?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana
apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?.
Sebagai satu disiplin ilmu, maka taksonomi tumbuhan tidaklah dapat berdiri
sendiri. Data-data yang
digunakan untuk melakukan pencandraan setiap hari memerlukan keakuratan data
sehingga diperlukan data-data tambahan selain data klasik morfologi. Dengan
morfologi yang sama memungkinkan dua jenis tumbuhan yang tadinya sama
dipisahkan setelah diketahui ternyata berbeda secara anatomi dan biokimia ata
sitologi. Berikut ini diuraikan tentang data-data pendukung taksonomi tumbuhan
antara lain :
1. Morfologi : Morfologi berasal dari kata morf yang artinya bentuk
merupakan ilmu penting bagi Taksonomi Tumbuhan sebab banyak peristilahan dan
ciri-ciri tumbuhan yang dipelajari dalam Morfologi Tumbuhan digunakan dalam
mempertelakan suatu jenis tumbuhan. Tanpa MorfologiTtumbuhan
tidak mungkin Taksonomi Tumbuhan dapat
berkembang dengan baik. Ketika disebutkan nama ilmiah Platycerium bifurcatum, maka istilah Platy merupakan istilah Morfologi
yang mengacu kepada sesuatu yang sifatnya pipih atau ceper. (Ingat : Platyhelminthes = cacing pipih dan Platypus = Binatang berparuh bebek).
Semua peristilahan yang dalam Taksonomi Tumbuhan selalu menggunakan
peristilahan Morfologi : Misalnya : feotida
(sangat berbau), edulis (dapat
dimakan), cauliflora (bunga tumbuh di
batang), grandifalia (daunnya besar),
Dipterocarpaceae (bijinya memiliki
dua buah sayap), Pterocarpus indicus (pohon
angsana atau sena berasal dari kata pteron
=sayap: carpel = biji. Jadi
artinya biji yang bersayap). Amorpophalus
titanum (bunga bangkai raksasa bersal dari kata A = tidak ”morf”= bentuk ”phalus”= penis atau zakar ”titanium” dari kata titan
arti dari kata titan yang raksasa atau besar sekali. Maka tumbuhan tersebut
berarti penis yang tidak berbentuk dan ukurannya besar sekali dengan ketinggian
mencapai 1,20 meter).
2. Anatomi : Anatomi (tomain= irisan) tumbuhan
pada hakekatnya adalah morfologi juga. Jika morfologi mengacu kepada
bentuk-bentuk luar tubuh maka anatomi mengacu kepada bentuk-bentuk organ di
dalam tubuh yang harus dilihat dengan mikroskop seperti bentuk sel epidermis,
sel serangga, type stomata, jaringan palisade, jaringan bunga karang, dll. Penggunaan ciri-ciri anatomi tumbuhan dalam taksonomi baru berjalan
kira-kira 100 tahun, setelah ditemukannya mikroskop dengan kekuatan tinggi.
Penelitian dengan menggunakan mikroskop ini menjadi lebih jelas dan meyakinkan,
terutama pada ciri-ciri yang meragukan apabila dilihat dengan mata telanjang.
Penentuan kelopak yang berlekatan atau tidak berlekatan dengan mikroskop akan
memberikan gambaran yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pengamatan
mata telanjang. Prinsip-prinsip struktur anatomi dapat digunakan untuk
klasifikkasi adalah :
- Bentuk anatomi mempunyai kaitan sifat
dengan ciri-ciri lainnya.
- Ciri-ciri anatomi harus
dikombinasikan dengan ciri-ciri lainnya.
- Ciri-ciri anatomi condong bermanfaat
untuk klasifikasi kategori besar dan kurang bermanfaat untuk kategori di
bawah genus.
Seringkali pada dunia tumbuhan terdapat
dua tumbuhan atau dua spesimen yang persis sama secara morfologi, sehingga
memiliki nama ilmiah yang sama. Peristiwa ini dapat dilihat pada tanaman Duku,
Langsat, Pisitan dan Kokosan = Lansium
Domesticum. Ketika nama ilmiahnya diberikan, maka berdasarkan spesimen yang
ada terlihat ke empatnya memiliki persamaan secara morfologi sehingga diberi
nama ilmiah yang sama. Akan tetapi sebagian besar orang indonesia dapat
membedakan Langsat dengan Duku. Akibatnya dilakukan penelitian anatomi dan ternyata
keduanya memperlihatkan perbedaan yang cukup menyolok dari bentuk dan jumlah
jaringan epidermis dan jaringan palisade. Akibatnya ke dua jenis tersebut harus
dipisahkan sehingga muncullah Lansium
Domesticum dan Lansium dacco.
Anatomi bentuk daun sering juga dapat digunakan untuk membedakan satu taksa
dengan taksa yang lainnya. Pada pengamatan bentuk anatomi daun, ternyata Acer sp. dan Platonus sp. yang secara morfologi sangat mirip ternyata bentuk
susunan anatomi daunnya sangat jauh berbeda. Banyak lagi studi anatomi batang
tumbuhan berbunga yang dapat membedakan satu taksa dengan taksa yang lain. Pada
suku Euphorbiaceae untuk semua
anggota jenisnya dicirikan oleh adanya pembuluh lateks yang walaupun bentuknya
mirip dengan kaktus, tetapi suku cactaceae tidak mempunyai pembuluh latex.
Variasi pola rambut epidermal atau
trikhoma mungkin juga dapat digunakan sebagai ciri klasifikasi pada tingkat
jenis-marga dan suku. Pada suku combretaceae
diketahui bahwa peranan trikhoma cukup besar untuk membedakan kelompok dari
suku hingga jenis bahkan varietas. Juga ciri Trikhoma digunakan untuk
membedakan jenis-jenis dalam marga Vernonia. Trikhoma juga digunakan dan merupakan ciri
penting untuk membedakan dan menganalisa hibrida-hibrida pada suku Compositae (Asteraceae). Trikhoma, epidermis, pallisade dan stomata adalah data-data dan ciri-ciri
penting yang harus dilihat dengan mikroskop yang sangat berguna dalam melakukan
identifikasi tumbuhan.
3. Genetika : Genetika juga diperlukan sebagai pendukung ilmu Taksonomi Tumbuhan. Jika
ada dua tumbuhan yang memiliki persamaan secara Morfologi dan Anatomi sedangkan
ada semacam keyakinan dari peneliti bahwa keduanya merupakan jenis yang
berbeda, maka secara Sitologi kita dapat memeriksa bagaimana struktur ddan
jumlah kromosom dari keduanya. Jika ternyata memang memiliki kondisi yang
berbeda, maka peluang untuk memisahkan kedua jenis tersebut cukup terbuka.
Dalam penelitian ubi jalar (Ipomoae
batatas (L) Lamk). Dikenal adanya istilah poliploidi, dimana jumlah
kromosom 2n = 2x kelihatannya memiliki rasa yang sedikit pahit. Akan tetapi
memiliki ketahanan terhadap virus Cylas. Sedangkan
kerabat dekatnya yang dari Tarutung (Berwarna Jingga) memiliki kromosom 2n = 6x
dan rasanya manis. Di Jawa Barat, kultivar ini digunakan sebagai campuran untuk
rujak.
Pisang yang dapat dimakan (Musa paradisiaca) adalah jenis yang bijinya jika ditanam tidak
mampu lagi tumbuh. Namun pisang uncim (Musa
halabanensis) adalah pisang yang masih liar dan hanya umbutnya yang dimakan
oleh etnis Karo sebagai makanan adat. Jenis ini bila bijinya ditanam masih
dapat tumbuh dan banyak ditemukan di hutan-hutan Sibolangit dan sekitarntya.
Sifat yang demikian ini karena struktur kromosomnya yang diperkirakan masih 2n
= 2x sedangkan Musa paradisiaca diperkirakan 2n = lebih dari 2x.
4. Biokimia
Biokimia merupakan disiplin
ilmu yang juga dibutuhkan dalam Taksonomi Tumbuhan. Dengan mengetahui kandungan
kimia dari satu jenis tumbuhan, maka manfaat jenis tersebut dalam kehidupan
dapat dimaksimalkan. Akibatnya upaya pembudidayaannya juga akan dilakukan
secara maksimal. Beberapa jenis bahkan marga serta suku tumbuhan diambil
berdasarkan kandungan kimianya seperti : Kafein (Coffea sp), Thein (Thea
assamica), Pappain (Carica Papaya),
Theobromin (Theobroma cacao), Canabinin
(Cannabis sativa = Ganja), Kokain
(Eriytroxylon coca), Asam Bromelin (Bromeliaceae
= Suku nenas), Fapverin (Fapaver
somniferum = Candu) Kinie (Cinchona
ledgeriana), Oxalidaceae (mengandung asam-asam oksalat). Dengan
diketahuinya kandungan kimia maka banyak tumbuhan akhirnya dimanfaatkan dalam
kehidupan. Tebu (Saccharum officinarum)
dan Aren (Arenga saccharrifera),
Lontar (Borrasus flabellifer), Nipah
(Nyfa fruticans) merupakan tumbuhan penghasil nira yang dapat diolah
menghasilkan Sukrosa (C12H22O11). Akan tetapi bila nira tersebut diatas
direaksikan dengan Saccharomyces tuac
(kulit kayu raru) menghasilkan alkohol (Etanol = C2H5OH). Reaksi fermentasi ini ditemukan pada
pembuatan tape yang berlangsung an-aerob (harus tertutup rapat). Perpaduan ilmu kimia dengan ilmu biologi
(Botani) terlihat pada Biokimia dan Farmasi. Etnobotani sebagai jembatan antara
ilmu Botani dengan Farmasi, mencoba menguak tumbuhan yang bernilai obat-obatan.
Setelah tumbuhan tersebut dikenal dan banyak diulas, maka dicoba diekstrak
lewat jalur Kimia dan dipasarkan kepada konsumen. Tegasnya obat-obat modern
yang ada saat ini berawal dari obat-obat tradisional yang dipelajari dan
dikembangkan sehingga kualitasnya menjadi lebih baik.
4. Ekologi: Ekologi membahas tentang hubungan timbal
balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kaitan ekologi dengan tumbuhan
sedemikian eratnya sehingga dikenal istilah Phytogeografi
(persebaran tumbuhan berdasarkan letak di permukaan bumi). Ipomoea pas-caprae, Nypa fruticans, Cocos
nucifera dapat tumbuh dengan baik dikawasan pantai berdekatan dengan
formasi Rhizopora sp. Dan Brugueira sp. Sedangkan Edelweis (bunga abadi), hanya ditemukan
dikawasan dengan ketinggian tertentu di puncak gunung. Apel (Pyrus malus), Markisah (Passiflora edulis), Tomat (Lycopersicum esculenta), Paku tiang (Alsophyla glauca), Paku resam (Gleichenia linnearis) hanya mampu tumbuh
dengan baik pada ketinggian tertentu dikawasan pegunungan. Pada beberapa jenis
dikenal seperti Syzygium aquaeum, Ipomeae
aquatica, Hydrilla verticillata, terlihat kesan bahwa keduanya merupakan
tumbuhan yang hidupnya di air.
Berdasarkkan letak lintang dan bujurnya
pun tumbuhan masih meperlihatkan adaptasinya yang berbeda. Tumbuhan yang
ditemukan dikawasan tropik jarang ditemukan di kawasan ditemukan dikawasan
sub-tropik maupun daerah kutub. Demikian juga sebaliknya. Bunga tulip (Liliodendron tulifera) hanya ditemukann
di negeri Belanda, Bunga Sakura hanya ditemukan di Jepang, Kapas dan Gandum
tumbuh dengan baik dikawasan Sub-tropik. Beberapa nama ilmiah bahkan mengambil
nama wilayah seperti : Aleurites
moluccana (kemiri; Moluccana =
Moluccas = Maluku), Diospyros
celebica (Celebica; celebes = Sulawesi). Salacca sumatrana (Salak Sidempuan; sumatrana = Sumatra bukan
Sumatera), Salacca Borneensis (Borneo
= Kalimantan), Pinanga Javana, Sambucus
Javanicus (Java = Jawa), Calamus
karoensis (Karo = Sumut), Mangifera
Indica (Mangga; Indica = India), Camellia
Sinensis (Teh; Sinensis, chinesis= China),
Rhizobium japonicum (Bakteri akar
Leguminosae. Japonicum = Jepang), Thea assamica (Teh Assamica = Assam = Negara bagian India).
Persea americana, Hevea braziliensis, Koffea arabica, Salacca
sarawakensis. Nepenthes tobaica,
1.3.4.
Aksiologi Taksonomi Tumbuhan
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu
itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Ketika kita berbicara tentang satu tumbuhan, biasanya konsep yang kita
maksud berbeda dengan apa yang seringkali menjadi perkiraan orang lain. Sewaktu
seseorang minta dibelikan pisang, maka orang yang disuruh pasti akan kembali
bertanya pisang apa?. Konsep pisang dalam Bahasa Indonesia masih memiliki
sejumlah variabel lain yang lebih kecil. Ada pisang Raja, Ambon, Batu, Gedang,
Banten, Tanduk, Kepok dll. Konsep pisang yang dimaksud disini dinamakan dengan
konsep yang masih jamak yang lebih dikenal dengan marga (Musa spp.). Padahal dalam benak orang itu yang dimintanya adalah
Pisang Raja misalnya. Konsep pisang Raja mengacu kepada konsep yang lebih
spesial dan kategorinya lebih kecil. Dalam Taksonomi Tumbuhan lebih dikenal
dengan istilah spesies.
Spesies sebagai satuan terkecil dalam kategori takson merupakan satuan atau
batu dasar dalam membahas dunia botani. Dalam hal ini spesies merupakan dasar
bergerak pada setiap penelitian yang berkaitan dengan Botani Sisrtematika.
Dalam Taksonomi Tanaman Budidaya
(ICNCP), maka kategori spesies ke bawah merupakan landasan bergerak yang sering
digunakan. Biasanya berkaitan dengan kultivar (varietas yang dibudidayakan =
cultivar = cultivated variaetis), kion, galur, type, biotype, nomor, dll. Kategori
di bawah jenis/ spesies ini sering digunakan ddalam dunia pertanian
(agriculture) dan nursery serta pemuliaan tanaman (Breeding) oleh para breeder di
negara yang mengakui breeder right (hak
para pemulia) dan farmer right (hak
para petani sebagai konserver).
Breeeder right adalah semacam hak kepemilikan karya cipta
intelektual dalam bentuk hybrid-hybrid yang dihasilkan. Seorang pemulia tanaman
yang berhasil membuat satu silangan baru dapat mengajukan hak kepemilikan karya
tersebut kepada lembaga paten dengan tujuan agar kepada siapa saja yang
menggunakan hak ciptanya [tersebut dikenakan semacam fee atau bayaran. Namun
jika breeder right diakui, maka
pemulia tadi juga harus menghormati petani sebagai pemilik hak yang telah
melakukan konservasi dan domestikasi terhadap tumbuhan tersebut. Hak inilah
yang disebut sebagai farmer right (hak para petani). Di Indonesia
lembaga yang mengurus masalah ini dikenal dengan nama lembaga HAKI (Hak Atas
Kekayaan Intelektual).
Bahasa latin merupakan bahasa penting dalam Taksonomi Tumbuhan, bahkan
merupakan satu bagian dari asas-asas tata nama tumbuhan. Bahasa Latin adalah
bahasa dari suku Latin yang kini sudah punah. Suku Latin mendiami kawasan
Italia. Ketiak Kaisar Romawi tidak menghedaki kehadiran mereka yang telah
memiliki kebudayaan yang tinggi, maka mereka diusir dari Italia dan pindah ke
kawasan Yunani (Greek). Dari sinilah diperjelas kepada siswa atau mahasiswa
bahwa bahasa Latin itu tidak sama dengan bahasa Greek (Yunani). Dari keterangan di atas, maka dapat diperjelas
bahwa bahasa Latin tidak sama dengan bahasa Yunani. Dalam penulisan biasanya
diberi semacam penjelasan dalam tanda kurung (Lt) untuk bahasa latin atau (Gr.)
untuk bahasa Yunani.
Taksonomi sebagai salah satu cabang biologi ternyata diperlukan oleh
ilmu-ilmu lain. Beberapa cabang biologi menunjukkan ketergantungan pada
taksonomi. Dalam ilmu ekologi, taksonomi merupakan dasar yang sangat esesial,
sebab hampir tidak ada survai ekologi yang tidak memerlukan identifikasi
spesies. Berbicara tentang spesies berarti kita berbicara tentang taksonomi
atau sistematika. Dalam kaitannya dengan ilmu lain, taksonomi sangat penting di
dalam geologi dan stratigrafi. Kedua cabang ilmu terakhir itu sangat memerlukan
ketepatan identifikasi fosil yang dipandang sebagai spesies kunci. Di dalam
taksonomi dikenal adanya beberapa genus yang mempunyai 2 atau lebih spesies
yang menunjukkan ciri-ciri yang sangat mirip. Spesies-spesies itu mungkin lebih
mudah dibedakan satu sama lain dari sifat fisiologinya dari pada ciri morfologi
luar. Dalam hal ini terlihat adanya hubungan yang sangat erat antara taksonomi
dan fisiologi.
Dalam bidang botani, peranan taksonomi dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan atas pengkajian hubungan kekerabatan antar tumbuhan, dapat
ditunjukkan adanya jenis-jenis tumbuhan yang berguna sebagai obat-obatan, bahan
industri perkayuan, dan lain-lain. Selain itu sistematik juga mempunyai peranan
di dalam usaha memperoleh bibit unggul. Dengan bekal pengetahuan alat
sistematika kita dapat mengenal berbagai jenis tumbuhan yang berguna untuk mencandra
lingkungan suatu daerah.
Seiring dengan perkembangan waktu, maka Biologi berkembang manjadi disiplin
ilmu yang memiliki berbagai cabang yang mencakup Botani, Zoologi dan
Mikrobiologi. Satu diantaranya adalah Taksonomi Tumbuhan. Taksonomi Tumbuhan adalah satu disiplin ilmu cabang Botani yang
khusus mempelajari tentang pencirian, penamaan, penggolongan
dan penelusuran kekerabatan. Ciri dan nama
merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika seseorang menyatakan tentang nama sebuah benda, atau nama satu
buah-buahan, maka secara tidak langsung orang tersebut telah melakukan semacam
kesimpulan untuk sebuah ciri-ciri dengan satu nama. Konsep ini menjadi lebih
jelas ketika seseorrang ditanya tentang sebuah nama buah atau tanaman atau
tumbuhyan yang sama sekali belum dikenalnya. Maka secara langsung orang yang
ditanya kembali akan bertanya bagaimana ciri-ciri dari nama yang ditanya
tersebut.
Nama merupakan satu bagian penting dalam kehidupan. Demikan juga halnya
dengan nama dalam komunikasi ilmiah yang lebih dikenal dengan nama ilmiah
(scientific names). Kalau komunikasi ilmiah menggunakan nama lokal sering kali
menyebabkan permasalahan dalam penafsiran. Misalnya saja terjadi komunikasi dan
membicarakan masalah pembuatan sayur daun ubi tumbuk (Manihot utilissima)
maka digunakan sejenis pewangi sayuran yang di Jawa namannya combrang
atau kecombrang, namun dengan orang Sunda namanya Honje.
Ketika kita berada di Medan namanya adalah kincong atau kencong
atau kincung yang masih memiliki variasi lagi seperti siala,
cekala, rias, dll. Masih banyak lagi permasalahan
dalam hal nama lokal dan nama ilmiah yang lebih dikenal dengan nama homonim
atau sinonim. Misalnya Zanthoxylum acanthopodium yang di Tapanuli
dikenal sebagai Andaliman, maka di Tapanuli Selatan dikenal sebagai Sinyarnyar
dan di Karo dikenal sebagai Tuba namun di Gayo (Takengon) dikenal
sebagai Empan. Billa orang suku Karo membutuhkan Tuba dan
mencarinya dengan orang suku Melayu, maka akan diberikan sejenis
tumbuhan yang akarnya mengandung racun. (Derris eliptica).
Jadi konsep tuba yang berbeda akan memberikan kesan dan maksud yang berbeda
dalam pelaksanaan hidup sehari-hari. Sedangkan jika seandainya nama tersebut
diberikan dalam bahasa ilmiah (Bahasa Latin), maka dimanapun di dunia ini nama
tersebut telah menjadi semacam kesepakatan internasional. Meskipun pada tahap
awalnya hanya dikenal oleh kelompok ilmuwan dari golongan ilmu-ilmu Botani. Dari pengelompokan tumbuhan kita berlanjut
ke penelusuran kekerabatan. Ketika kita memberikan nama ilmiah kepada pohon
Waru menjadi Hibiscus tiliaceus maka
secara spontan kita telah menyatakan bahwa antara Waru (Hibiscus tillaceus) dengan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan saudara kerabat dekat dan satu
marga yaitu sama-sam marga Hibiscus. Dengan
melihat nama ilmiah kita secara spontan dapat menyatakan bahwa kekerabatan
antara Hibiscus rosa-sinensis, Hibiscus
rosa-arceri, Hibiscus schizopetalus, Hibiscus sabdariffa, Hibiscus tiliaceus merupakan
satu kerabat dekat. Demikian juga antara Ipomoea
tripida, Ipomoea batatas, Ipomoea reptansi, Ipomoea aquatica, Ipomoea
pas-caprae, merupakan kerabat dekat.
1.4. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan ulasan yang dilakukan berkaitan
dengan kajian filsafat terhadap Taksonomi Tumbuhan, maka diajukan beberap
simpulan antara lain :
1.
Secara Ontologi yang berupaya mencari inti yang
termuat dalam setiap kenyataan, atau menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya, maka Taksonomi Tumbuhan merupakan satu
pengetahuan yang membahas tentang pencirian, penamaan, pengelompokan dan
penelusuran kekerabatan.
2.
Secara epistemologi yang berusaha menjawab bagaimana
proses, prosedur, kaidah, kriteria yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan,
maka Taksonomi Tumbuhan berkembang melalui pengalaman-pengalaman hidup
sehari-hari antara satu kondisi dengan kondisi yang lain, kebutuhan-kebutuhan
hidup, sehingga melahirkan pengelompokan
berdasarkan manfaat, habitus, filogenetik, alamiah, dan lain sebagainya.
Kaidah yang diajukan adalah dengan adanya taksonomi, maka akan memudahkan
pekerjaan-pekerjaan manusia.
3.
Secara aksiologi menjawab, untuk apa, bagaimana
kaitannya dengan kaidah moral, sehingga pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan,
maka Taksonomi Tumbuhan sebagai satu
pengetahuan, memberikan kepastian status satu spesies sehingga hasil penelitian
yang dilakukan dapat dikaji ulang, dikembangkan ataupun dimanipulasi sehingga
memberikan manfaat dalam kehidupan manusia menuju ketercapaian tujuan hidup
yang diinginkannya. Dengan singkat Taksonomi memberikan kepastian batasan takson,
kekerabatan, ciri dan nama yang sangat berguna dalam memanipulasi satu jenis
tumbuhan untuk dimanfaatkan dalam berbagai aktifitas kehidupa.
Daftar Pustaka
Harsono, T. 2011.
Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit FMIPA Unimed. Medan.
Kattsouff,
LO. 1996. Pengantar filsafat, Tiara
Wacana, Yogjakarta.
Muhadjir,N.
2001. Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001
Rifai, MA. 1995. UT Taxonomiam Defendamus. Naskah Pidato
pengukuhan Guru Besar di FMIPA UI
TAKSONOMI TUMBUHAN
(Sebuah Kajian Filsafat)
OLEH :
TRI HARSONO
NIM. 118109002
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur dihatukan ke hadirat Allah SWT yang atas
limpahan nikmat kesehatan dan kejernihan fikiran sehingga penyusunan laporan
tugas perkuliahan yang berjudul “ Taksonomi Tumbuhan (sebuah Kajian Filsafat)“
ini dapat diselesaikan sebagaimana yang
direncanakan.
Laporan penulisan ini memuat
sejumlah konsep dan buah-buah fikiran dari berbagai ahli dan penulis sendiri
tentang kajian filsafat dari taksonomi Tumbuhan. Penulis menyadari bahwa
sejumlah kekurangan dan kelemahan masih mungkin ditemukan dalam proposal ini,
untuk itu kritikan, masukan dan saran untuk perbaikannya diterima dengan senang
hati.
Ucapan terimakasih
dihaturkan kepada Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, M. Biomed. selaku dosen
pengampu mata kuliah Filsafat Sains pada program S-3 Sekolah Pascasarjana USU,
atas segala bimbingan, arahan dan masukan yang diberikan pada saat perkuliahan
sehingga penyusunan laporan tugas yang terkait mata kuliah ini dapat
diselesaikan.
Akhirnya penulis berharap
semoga laporan penulisan ini memberikan manfaat kepada siapa saja penggunanya.
Medan, Januari 2012
Penulis,
Tri Harsono
NIM.
118109002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar