Minggu, 11 Juni 2017




Karakterisasi   2  Varian  Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Yang berasal  dari Ambon dan Paluta (Sumut)



Makalah
Disampaikan Dalam Kegiatan Seminar Nasional Biologi
Tanggal 11 Mei 2012 di FMIPA USU




Oleh  :

Tri Harsono
Universitas Negeri Medan




Karakterisasi   2  Varian  Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Yang berasal  dari Ambon dan Paluta (Sumut)

Tri Harsono
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Telah dilakukan  pengamatan yang dikaitkan dengan karakterisasi  2 varian gandaria (Bouea macrophylla Griffith) yang dikoleksi dari Ambon dan Padang Lawas Utara (Sumut) dengan menggunakan pengamatan morfologi buah dan daun. Koleksi yang dianalisis adalah koleksi segar dan koleksi herbarium. Hasil analisis memperlihatkan bahwa ke dua koleksi tersebut memiliki perbedaan yang cukup berarti ditinjau dari bentuk buah matang, ukuran buah, warna buah,  ukuran biji, ukuran daun.  Koleksi buah yang berasal dari Ambon bentuknya membulat, ukuran  (42-48) x (42-50) mm sedangkan koleksi dari Paluta berbentuk oval dengan ukuran buah (28-35) x (22-27) mm. Warna buah asal ambon kuning tua, sedangkan warna buah matang asal Paluta hijau kekuningan. Biji yang berasal dari ambon berbentuk oval berukuran  (32-38) x 22-25) mm sedangkan biji yang berasal dari Paluta juga berbentuk oval dengan ukuran (20-23) x (14-18) mm. Daun berbentuk oblong-ellips. Daun yang berasal dari ambon berukuran (207-260) x (66-83) mm sedangkan daun yang berasal dari Paluta berukuran (72-87) x (25-30) mm. Disimpulkan bahwa  ke dua koleksi gandaria yang berasal dari lokasi yang berbeda ini berpeluang untuk dinyatakan sebagai jenis yang berbeda.

Kata Kunci : Karakterisasi, Gandaria, Bouea macrophylla, Ambon, Paluta


Karakterisasi   2  Varian  Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
asal  Ambon dan Paluta (Sumut)

Tri Harsono
Universitas Negeri Medan


1.1.       Pendahuluan
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) adalah satu spesies dari suku Anacardiaceae, yang di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan berbagai nama yang berbeda seperti gandaria (Jawa), jatake (Sunda), remieu (Gayo), barania (Dayak ngaju), Asam djanar, Kedjauw lepang; Kundang rumania; Ramania hutan; Ramania pipit; Rengas; Tampusu; Tolok burung; Umpas (Kalimantan) dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis), haramania (Paluta), ma praang, somprang (Thailand). Kundangan, kondongan, gondongan, si kundangan, rumenia, kemenya, rembunia, rumia, setar, serapoh, asam suku, medang asam, gandaria, kundang (Malaysia), Gandaria (Filipina), Marian-plum (Inggris) adalah tanaman yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Tumbuh di daerah tropis, dan banyak dibudidayakan di Sumatera, Thailand dan Ambon, jadi masih berkisar di kawasan Malesiana
Tanaman gandaria tumbuh dengan habitus  pohon dengan ketinggian hingga 27 m dengan tajuk rapat. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong. Waktu muda berwarna putih, kemudian berangsur ungu tua, lalu menjadi hijau tua. Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin. Keping biji berwarna lembayung. Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl., tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl (Rifai, 1992).
 Gandaria sebagai satu spesies sudah ditetapkan secara baku. Namun dalam perjalanan taksonominya,  gandaria mengalami banyak pergantian nama baik dalam tingkaan spesies maupun dalam tingkatan marga. Karena kemiripannya dengan mangga, maka jenis ini pernah dikelompokkan dalam marga Mangifera, yaitu Mangifera oppositifolia Roxb. Namun dengan ditemukannya tambahan data-data hasil penelitian yang lebih lengkap yang secara nyata dapat memperlihatkan perbedaan antara jenis gandaria dengan jenis mangga, maka gandaria sebagai Mangifera dipindahkan marganya menjadi Bouea dengan beberapa synonimnya. Beberapa nama yang pernah diberikan kepada jenis ini antara lain : Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn. Bouea angustifolia Blume, Bouea burmanica Griff.,  Bouea burmanica Griff. var. kurzii Pierre, Bouea burmanica Griff. var. microphylla (Griff) Engl., Bouea burmanica Griff. var. roxburghii Pierre, Bouea diversifolia Miq., Bouea microphylla Griff., Bouea mysinoides Blume, Mangifera oppositifolia Roxb., Mangifera oppositifolia Roxb. var. microphylla (Griff.) Merr., Mangifera oppositifolia Roxb. var. roxburghii (Pierre) Tard.,  Matania laotica Gagnep, Tropidopetalum javanicum Turcz. Laporan Rifai (1992), menyatakan bahwa nama yang benar untuk gandaria adalah Bouea macrophylla Griffith.
 Kajian tentang tanaman gandaria masih terbatas dilakukan. Hal ini lebih dikarenakan kurang populernya jenis ini di Indonesia. Gandaria merupakan komoditas yang populer di kawasan Ambon, Jawa Barat dan Kalimantan (Harsono, 2012). Beberapa kajian yang pernah dilakukan  berkaitan dengan gandaria antara lain : Papilaya (2007) yang membahas tentang kajian ekologi gandaria di Ambon;  Sinay (2011) yang membahas tentang  pengaruh giberellin dan temperatur terhadap pertumbuhan semai gandaria.

Hasil-hasil observasi selanjutnya memperlihatkan adanya sejumlah variasi dari gandaria. Beberapa variasi masih memperlihatkan kisaran yang tidak terlalu jauh, namun ada beberapa variasi yang memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan.
Berdasarkan hal-hal yang telah diteliti sebelumnya  diketahui bahwa gandaria memiliki beberapa ciri khas, seperti bentuk  pohon, daun dan rasa buah yang mirip dengan mangga. Yang  membedakan gandaria dengan mangga adalah duduk daunnya yang berhadapan dan daun lembaga yang berwarna lembayung.  Namun dari hasil observasi lapangan dan observasi pada dua spesimen gandaria yang berasal dari Ambon dan Padang Bolak (Paluta) diketahui adanya 2 macam gandaria dengan ciri yang berbeda. Perbedaan tersebut dijumpai pada bentuk dan ukuran buah serta bentuk dan ukuran biji. Perbedaan ke dua organ ini terlihat sangat mencolok, sehingga memberikan kesan seolah-olah keduanya merupakan varian atau jenis yang berbeda.  Berkaitan dengan hal di atas, maka perlu dilakukan satu kajian taksonomi yang terkait karakterisasi   dari 2  varian  di atas.

1.2.       Cara Kerja
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2012, yang pelaksanaannya dilakukan di dua lokasi yaitu : (1). Laboratorium Biologi FMIPA Unimed untuk observasi spesimen kering dan spesimen buah segar (2). Observasi lapangan di kecamatan Padang Bolak, Kab. Paluta untuk pengamatan tanaman hidup gandaria. Spesimen yang diobservasi adalah speseimen herbarium yang berasal dari Ambon dan Paluta dan buah segar yang juga berasal dari Ambon dan Paluta

Observasi yang dilakukan di dua lokasi di atas hanya menggunakan buah dan daun, karena untuk sementara ini hanya dua jenis organ itu yang tersedia koleksinya. Observasi mencakup ukuran, bentuk, tata letak daun, panjang dan lebar daun, ukuran buah, warna buah, rasa buah matang. Data hasil observasi ditabulasikan dalam tabel data untuk kemudian dilakukan pembahasan.

1.3.       Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap spesimen yang berasal dari Ambon dan Paluta, maka didapatkan data-data penelitian sebagai berikut :

Tabel Data Morfologi Buah dan Daun Gandaria Asal Ambon dan Asal Paluta

No
Data Morfologi
Asal Ambon (mm)
Asal Paluta (mm)
1
Panjang Biji
32 - 38
20 – 23
2
Lebar Biji
22 - 25
14 - 18
3
Panjang Buah
42 - 48
28 – 35
4
Lebar Buah
44 - 50
22 – 27
5
Warna Buah Matang
Kuning
Hijau kekuningan
6
Bentuk Buah
Membulat
Membujur telur
7
Warna Biji
Ungu
Ungu
8
Rasa Buah
Manis agak asam
Asam agak manis
9
Warna daging buah matang
Kuning
Kuning kehijauan
1
Panjang Daun
207 – 260
72 – 87
2
Lebar Daun
66 –  83
25 – 30

Data-data pada tabel di atas memberikan satu indikasi bahwa dua koleksi gandaria tersebut merupakan gandaria yang berbeda. Data tersebut lebih divisualisasikan lewat gambar berikut ini.



            Gambar 1.  Buah dan Daun Gandaria yang berasal dari Ambon dan Paluta

Sebagai satu jenis yang berada di bawah marga Bouea, hingga saat ini hanya dikenal adanya satu jenis Bouea yaitu Bouea macrophylla Griffith. Melihat persebarannya yang saat ini ada di kawasan Malesiana dengan beberapa lokasi yang sudah mulai dibudidayakan seperti Bangkok dan Ambon, maka wajar jika turunan selanjutnya memperlihatkan adanya sejumlah variasi-variasi yang agak berbeda dari induknya. Di samping itu adanya batasan pengaruh ketinggian tempat, iklim, dan sejumlah faktor lainnya, membuat keragaman di dalam jenis ini menjadi sedemikian besar.

Di Thailand dikenal adanya  beberapa varian dari gandaria yang oleh petani di Thailand dibedakan menjadi 3 rasa berdasarkan rasa daging buahnya yaitu ma-prang prew yang rasanya asam, ma-prang waan atau ma-prang ta it yang rasanya manis  dan ma-yong  yang rasanya manis pada saat buah matang dan mengandung sedikit asam (Harsono, 2012). Sementara itu di Kalimantan dilaporkan bahwa berdasarkan rasa buahnya, maka di Kalimantan dikenal beberapa kultivar lokal seperti 1. Hintalu  yang rasanya sangat asam. 2.  Ramania pipit dengan rasa manis  3. Ramania Tembaga yang juga rasanya manis (Rifai, 1992).

 
Gambar 2. Biji Gandari dari Ambon dan Paluta

Dalam survey lapangan yang telah dilakukan, ditemukan satu varian dari gandaria yang sebelumnya belum pernah dilaporkan. Di Paluta ditemukan satu varian dari gandaria yang oleh warga setempat dikenal dengan nama haramania. Haramania ini memiliki ciri yang persis sama dengan kerabatnya yang lain yang berasal dari Jawa, Ambon, Kalimantan  dan Thailand yaitu memiliki daun yang duduk berhadapan (oppositifolia) dan memiliki biji yang berwarna lembayung. Namun ditinjau dari segi ukurannya, maka varian yang berasal dari Paluta berbeda dengan varian yang dari ambon, sebagaimana tertera pada tabel dan gambar di atas.

Jika diperhatikan kisaran geografi dari ke dua varian ini, maka diketahui bahwa keduanya berada dalam kawasan yang jauh berbeda. Varian Ambon berada di kawasan Indonesia tengah, sedangkan varian Paluta berada di kawasan Indonesia Barat. Selain itu kondisi alam dan tofografi keduanya juga berbeda. Beberapa peneliti sebelumnya melaporkan bahwa distribusi dari Bouea ini ada di Kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaysia, Thailand.  Namun Rehatta (2005) melaporkan bahwa tanaman gandaria merupakan potensi kekayaan alam dari khasanah tanaman buah tropik Maluku yang sangat spesifik dan dikenal dengan exotic fruit dan Papilaya (2007) yang membahas tentang kajian ekologi gandaria di Ambon, menyatakan bahwa Bouea macrophylla adalah tanaman endemik  yang berasal dari Ambon. Padahal Rifai (1992) melaporkan bahwa gandaria merupakan tumbuhan asli di Sumatera Utara, Semenanjung Malaysia dan Jawa Barat.  Sementara itu di Sumatera Utara, gandaria bukanlah merupakan tanaman yang dikenal. Sebagian besar warga tidak mengenal jenis yang merupakan tumbuhan maskot Jawa Barat ini.

Dikaitkan dengan pernyataan Papilaya (2007) dan Rehatta (2005) yang menyatakan bahwa gandaria merupakan jenis endemik yang ada di kawasan Maluku, maka hal ini menimbulkan satu pertanyaan baru, bagaimana  distribusi jenis ini hingga bisa menyebar dari kawasan Indonesia Barat ke kawasan Indonesia Tengah yang nota bene dibatasi oleh laut dalam. Jika distribusinya ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaysia, Thailand, maka hal ini masih dapat dipercaya mengingat semua kawasan ini merupakan satu kawasan yang dulunya merupakan satu daratan, namun kini dipisahkan oleh laut dangkal. Berbeda antara Indonesia Barat dengan Indonesia Tengah yang dipisahkan  oleh laut dalam. Kajian ekologi dan penelusuran kekerabatan masih dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di atas.

Berikut ini disajikan karakteristik data morfologi dari ke-dua varian tersebut.

1.      Gandaria Varian Ambon
Daun oblongus-ellips, panjang 207-260 mm, lebar 66 - 83 mm, tunggal, duduk berhadapan, menjangat, mengkilat, tepi rata, pangkal runcing sampai membaji, ujung runcing sampai melancip, buahnya membulat sampai bulat, ukuran 42-48 x 44-50 mm, warna hijau pada saat mudan dan warna kuning pada saat matang, daging buah berserat, warna kuning, rasa buah manis agak masam, kulit biji warna abu-abu, berserat, berbentuk oval-menyegi empat, berukuran 32-38 x 22-25 mm, keping lembaga mengkilat, berwarna lembayung.

2.      Gandaria Varian Paluta
Daun memanjang sampai lanset atau jorong, panjang 72-87 mm, lebar 25-30 mm, tunggal, duduk berhadapan, menjangat, mengkilat, tepi rata, pangkal runcing sampai membaji, ujung runcing sampai melancip, buahnya oval atau membujur telur, ukuran 28-35 x 224-27 mm, warna hijau pada saat muda dan hijau-kekuningan pada saat masak, daging buah berserat, warna kuning, rasa buah masam agak manis, kulit biji warna abu-abu, berserat, berbentuk oval-menyegi empat, berukuran 20-23 x 14-18 mm, keping lembaga mengkilat, berwarna lembayung.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, maka ada perkiraan bahwa kedua varian ini memungkinkan untuk diusulkan menjadi dua jenis yang berbeda, namun karena observasi masih dilakukan secara terbatas hanya pada dua varian dengan dua lokasi yang berbeda, sementara masih ada beberapa lokasi persebaran gandaria lagi yang masih belum tersedia koleksinya, maka masih diperlukan sejumlah observasi lainnya untuk memastikan kisaran keanekaragaman yang ada dalam marga Bouea. Jika semua data telah terkumpul dari sentra-sentra dan koleksi-koleksi yang ada, maka revisi jenis-jenis yang ada di dalam marga Bouea perlu diusulkan

Kesimpulan
  1. Varian-varian gandaria yang berasal dari Ambon dan Paluta, masih memperlihatkan adanya variasi yang cukup beragam dibandingkan dengan batasan ciri morfologi jenis pada Bouea macrophylla Griffith.
  2. Terdapat perbedaan yang cukup berarti antara varian yang berasal dari Ambon dengan varian yang berasal dari Paluta pada ciri : ukuran daun, ukuran buah, warna buah, dan ukuran biji.
  3. Adanya  perbedaan yang cukup berarti dari dua varian di atas, mengharuskan dilakukannya penelitian lain yang mencoba mengungkap karakterisasi varian-varian gandari dari lokasi lainnya dimana jenis ini ditemukan, untuk kemudian kepastian jenis dalam marga ini dapat lebih dipastikan.

Daftar Pustaka
Harsono, T. 2012. Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)  Distribusi, Taksonomi  dan Pemanfaaatannya di Indonesia. Makalah dalam Semirata BKS- PTN  Wilayah Barat di Unimed Tanggal 11-12 mei 2012.

Papilaya, P.M. 2007. Kajian Ekologi Gandaria (Bouea macrophylla) hubungannya dengan produksi dan kualitas buah pada ketinggian dari permukaan laut yang berbeda di pulau Ambon (Suatu analisis tentang tumbuhan endemik daerah Maluku). Disertasi. Prodi Biologi. UM-Malang

Rifai, M.A., 1992. Bouea macrophylla Griffith. In Coronel, R.E. & Verheij, E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia. No. 2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 104-105.

Rehatta,H.  2005. Potensi dan pengembangan tanaman gandaria (Bouea macro phylla Griffith) di desa Soya Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Laporan Hasil Penelitian.  Lemlit. Universitas Pattimura. Ambon.

Sinay, H. 2011. Pengaruh Giberellin dan temperatur terhadap pertumbuhan semai gandaria (Bouea macrophylla Griffith). Bioscientiae. Vol : 8 (1). Januari 2011. Hal. 15-22.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar