Karakterisasi 2
Varian Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Yang berasal dari Ambon dan Paluta (Sumut)
Makalah
Disampaikan
Dalam Kegiatan Seminar Nasional Biologi
Tanggal 11 Mei
2012 di FMIPA USU
Oleh :
Tri Harsono
Universitas Negeri Medan
Karakterisasi 2
Varian Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
Yang berasal dari Ambon dan Paluta (Sumut)
Tri Harsono
Universitas Negeri
Medan
ABSTRAK
Telah
dilakukan pengamatan yang dikaitkan
dengan karakterisasi 2 varian gandaria (Bouea
macrophylla Griffith) yang dikoleksi dari Ambon dan Padang Lawas Utara
(Sumut) dengan menggunakan pengamatan morfologi buah dan daun. Koleksi yang
dianalisis adalah koleksi segar dan koleksi herbarium. Hasil analisis
memperlihatkan bahwa ke dua koleksi tersebut memiliki perbedaan yang cukup
berarti ditinjau dari bentuk buah matang, ukuran buah, warna buah, ukuran biji, ukuran daun. Koleksi buah yang berasal dari Ambon
bentuknya membulat, ukuran (42-48) x
(42-50) mm sedangkan koleksi dari Paluta berbentuk oval dengan ukuran buah
(28-35) x (22-27) mm. Warna buah asal ambon kuning tua, sedangkan warna buah
matang asal Paluta hijau kekuningan. Biji yang berasal dari ambon berbentuk
oval berukuran (32-38) x 22-25) mm
sedangkan biji yang berasal dari Paluta juga berbentuk oval dengan ukuran
(20-23) x (14-18) mm. Daun berbentuk oblong-ellips. Daun yang berasal dari
ambon berukuran (207-260) x (66-83) mm sedangkan daun yang berasal dari Paluta berukuran
(72-87) x (25-30) mm. Disimpulkan bahwa
ke dua koleksi gandaria yang berasal dari lokasi yang berbeda ini
berpeluang untuk dinyatakan sebagai jenis yang berbeda.
Kata Kunci
: Karakterisasi, Gandaria, Bouea macrophylla, Ambon, Paluta
Karakterisasi 2
Varian Gandaria (Bouea macrophylla Griffith)
asal Ambon dan Paluta (Sumut)
Tri Harsono
Universitas Negeri
Medan
1.1.
Pendahuluan
Gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) adalah satu spesies dari suku Anacardiaceae, yang
di beberapa daerah di Indonesia disebut dengan berbagai nama yang berbeda
seperti gandaria (Jawa), jatake (Sunda), remieu
(Gayo), barania (Dayak ngaju), Asam djanar, Kedjauw lepang; Kundang
rumania; Ramania hutan; Ramania pipit; Rengas; Tampusu; Tolok burung; Umpas (Kalimantan)
dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa,
rapo-rapo kebo (Makasar), buwa melawe (Bugis), haramania
(Paluta), ma praang, somprang (Thailand). Kundangan, kondongan,
gondongan, si kundangan, rumenia, kemenya, rembunia, rumia, setar, serapoh,
asam suku, medang asam, gandaria, kundang (Malaysia), Gandaria (Filipina), Marian-plum
(Inggris) adalah tanaman yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Tumbuh
di daerah tropis,
dan banyak dibudidayakan di Sumatera, Thailand dan Ambon,
jadi masih berkisar di kawasan Malesiana
Tanaman gandaria tumbuh dengan
habitus pohon
dengan ketinggian hingga 27 m dengan tajuk rapat. Daunnya tunggal, berbentuk
bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong. Waktu muda berwarna
putih, kemudian berangsur ungu tua, lalu menjadi hijau tua. Perbungaannya
malai, muncul di ketiak daun, Buahnya bertipe buah batu, berbentuk agak bulat,
berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai jingga, daging buahnya
mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu, rasanya asam sampai manis,
dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin. Keping biji berwarna
lembayung. Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada tanah
yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m dpl.,
tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m
dpl (Rifai, 1992).
Gandaria sebagai satu spesies sudah ditetapkan
secara baku. Namun dalam perjalanan taksonominya, gandaria mengalami banyak pergantian nama
baik dalam tingkaan spesies maupun dalam tingkatan marga. Karena kemiripannya
dengan mangga, maka jenis ini pernah dikelompokkan dalam marga Mangifera,
yaitu Mangifera oppositifolia Roxb. Namun dengan ditemukannya
tambahan data-data hasil penelitian yang lebih lengkap yang secara nyata dapat
memperlihatkan perbedaan antara jenis gandaria dengan jenis mangga, maka
gandaria sebagai Mangifera
dipindahkan marganya menjadi Bouea
dengan beberapa synonimnya. Beberapa nama yang pernah diberikan kepada jenis
ini antara lain : Bouea oppositifolia (Roxb.) Meisn. Bouea angustifolia Blume, Bouea burmanica
Griff., Bouea burmanica Griff. var. kurzii Pierre, Bouea burmanica Griff. var. microphylla (Griff) Engl., Bouea burmanica Griff. var. roxburghii Pierre, Bouea diversifolia Miq., Bouea microphylla Griff.,
Bouea mysinoides Blume, Mangifera oppositifolia Roxb., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. microphylla (Griff.) Merr., Mangifera oppositifolia
Roxb. var. roxburghii (Pierre) Tard., Matania laotica Gagnep, Tropidopetalum
javanicum Turcz. Laporan Rifai (1992), menyatakan
bahwa nama yang benar untuk gandaria adalah Bouea macrophylla
Griffith.
Kajian tentang tanaman gandaria masih terbatas
dilakukan. Hal ini lebih dikarenakan kurang populernya jenis ini di Indonesia.
Gandaria merupakan komoditas yang populer di kawasan Ambon, Jawa Barat dan
Kalimantan (Harsono, 2012). Beberapa kajian yang pernah dilakukan berkaitan dengan gandaria antara lain :
Papilaya (2007) yang membahas tentang kajian ekologi gandaria di Ambon; Sinay
(2011) yang membahas tentang pengaruh
giberellin dan temperatur terhadap pertumbuhan semai gandaria.
Hasil-hasil observasi selanjutnya
memperlihatkan adanya sejumlah variasi dari gandaria. Beberapa variasi masih
memperlihatkan kisaran yang tidak terlalu jauh, namun ada beberapa variasi yang
memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan.
Berdasarkan
hal-hal yang telah diteliti sebelumnya
diketahui bahwa gandaria memiliki beberapa ciri khas, seperti
bentuk pohon, daun dan rasa buah yang
mirip dengan mangga. Yang membedakan
gandaria dengan mangga adalah duduk daunnya yang berhadapan dan daun lembaga
yang berwarna lembayung. Namun dari
hasil observasi lapangan dan observasi pada dua spesimen gandaria yang berasal
dari Ambon dan Padang Bolak (Paluta) diketahui adanya 2 macam gandaria dengan
ciri yang berbeda. Perbedaan tersebut dijumpai pada bentuk dan ukuran buah
serta bentuk dan ukuran biji. Perbedaan ke dua organ ini terlihat sangat
mencolok, sehingga memberikan kesan seolah-olah keduanya merupakan varian atau
jenis yang berbeda. Berkaitan dengan hal
di atas, maka perlu dilakukan satu kajian taksonomi yang terkait
karakterisasi dari 2 varian
di atas.
1.2.
Cara Kerja
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret – April 2012, yang pelaksanaannya dilakukan di
dua lokasi yaitu : (1). Laboratorium Biologi FMIPA Unimed untuk observasi
spesimen kering dan spesimen buah segar (2). Observasi lapangan di kecamatan
Padang Bolak, Kab. Paluta untuk pengamatan tanaman hidup gandaria. Spesimen
yang diobservasi adalah speseimen herbarium yang berasal dari Ambon dan Paluta
dan buah segar yang juga berasal dari Ambon dan Paluta
Observasi
yang dilakukan di dua lokasi di atas hanya menggunakan buah dan daun, karena
untuk sementara ini hanya dua jenis organ itu yang tersedia koleksinya.
Observasi mencakup ukuran, bentuk, tata letak daun, panjang dan lebar daun,
ukuran buah, warna buah, rasa buah matang. Data hasil observasi ditabulasikan
dalam tabel data untuk kemudian dilakukan pembahasan.
1.3.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan terhadap spesimen yang berasal dari Ambon dan
Paluta, maka didapatkan data-data penelitian sebagai berikut :
Tabel Data Morfologi Buah dan Daun
Gandaria Asal Ambon dan Asal Paluta
No
|
Data
Morfologi
|
Asal
Ambon (mm)
|
Asal
Paluta (mm)
|
1
|
Panjang
Biji
|
32 - 38
|
20 – 23
|
2
|
Lebar
Biji
|
22 - 25
|
14 - 18
|
3
|
Panjang
Buah
|
42 - 48
|
28 – 35
|
4
|
Lebar
Buah
|
44 - 50
|
22 – 27
|
5
|
Warna
Buah Matang
|
Kuning
|
Hijau
kekuningan
|
6
|
Bentuk
Buah
|
Membulat
|
Membujur
telur
|
7
|
Warna
Biji
|
Ungu
|
Ungu
|
8
|
Rasa
Buah
|
Manis
agak asam
|
Asam
agak manis
|
9
|
Warna
daging buah matang
|
Kuning
|
Kuning
kehijauan
|
1
|
Panjang
Daun
|
207 – 260
|
72 – 87
|
2
|
Lebar
Daun
|
66 – 83
|
25 – 30
|
Data-data
pada tabel di atas memberikan satu indikasi bahwa dua koleksi gandaria tersebut
merupakan gandaria yang berbeda. Data tersebut lebih divisualisasikan lewat
gambar berikut ini.
Gambar 1. Buah dan Daun Gandaria yang berasal dari Ambon
dan Paluta
Sebagai satu jenis yang berada di bawah marga Bouea, hingga saat ini hanya dikenal
adanya satu jenis Bouea yaitu Bouea macrophylla Griffith. Melihat persebarannya yang saat ini ada di
kawasan Malesiana dengan beberapa lokasi yang sudah mulai dibudidayakan seperti
Bangkok dan Ambon, maka wajar jika turunan selanjutnya memperlihatkan adanya
sejumlah variasi-variasi yang agak berbeda dari induknya. Di samping itu adanya
batasan pengaruh ketinggian tempat, iklim, dan sejumlah faktor lainnya, membuat
keragaman di dalam jenis ini menjadi sedemikian besar.
Di Thailand dikenal adanya beberapa varian dari gandaria yang oleh petani
di Thailand dibedakan menjadi 3 rasa berdasarkan rasa daging buahnya yaitu ma-prang
prew yang rasanya asam, ma-prang waan atau ma-prang ta it
yang rasanya manis dan ma-yong yang rasanya manis pada saat buah matang dan
mengandung sedikit asam (Harsono, 2012). Sementara itu di Kalimantan dilaporkan
bahwa berdasarkan rasa buahnya, maka di Kalimantan dikenal beberapa kultivar
lokal seperti 1. Hintalu yang
rasanya sangat asam. 2. Ramania pipit
dengan rasa manis 3. Ramania Tembaga
yang juga rasanya manis (Rifai, 1992).
Gambar 2. Biji Gandari dari Ambon dan
Paluta
Dalam survey lapangan yang telah dilakukan,
ditemukan satu varian dari gandaria yang sebelumnya belum pernah dilaporkan. Di
Paluta ditemukan satu varian dari gandaria yang oleh warga setempat dikenal
dengan nama haramania. Haramania ini memiliki ciri yang persis sama dengan
kerabatnya yang lain yang berasal dari Jawa, Ambon, Kalimantan dan Thailand yaitu memiliki daun yang duduk
berhadapan (oppositifolia) dan memiliki biji yang berwarna lembayung. Namun
ditinjau dari segi ukurannya, maka varian yang berasal dari Paluta berbeda
dengan varian yang dari ambon, sebagaimana tertera pada tabel dan gambar di
atas.
Jika diperhatikan kisaran geografi dari ke dua
varian ini, maka diketahui bahwa keduanya berada dalam kawasan yang jauh
berbeda. Varian Ambon berada di kawasan Indonesia tengah, sedangkan varian
Paluta berada di kawasan Indonesia Barat. Selain itu kondisi alam dan tofografi
keduanya juga berbeda. Beberapa peneliti sebelumnya melaporkan bahwa distribusi
dari Bouea ini ada di Kawasan
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaysia, Thailand.
Namun Rehatta (2005) melaporkan bahwa tanaman gandaria merupakan potensi
kekayaan alam dari khasanah tanaman buah tropik Maluku yang sangat spesifik dan
dikenal dengan exotic fruit dan Papilaya (2007) yang membahas
tentang kajian ekologi gandaria di Ambon, menyatakan bahwa Bouea macrophylla adalah
tanaman endemik yang berasal dari Ambon.
Padahal Rifai (1992) melaporkan bahwa gandaria merupakan tumbuhan asli di
Sumatera Utara, Semenanjung Malaysia dan Jawa Barat. Sementara itu di Sumatera Utara, gandaria
bukanlah merupakan tanaman yang dikenal. Sebagian besar warga tidak mengenal
jenis yang merupakan tumbuhan maskot Jawa Barat ini.
Dikaitkan
dengan pernyataan Papilaya (2007) dan Rehatta (2005) yang menyatakan bahwa
gandaria merupakan jenis endemik yang ada di kawasan Maluku, maka hal ini
menimbulkan satu pertanyaan baru, bagaimana
distribusi jenis ini hingga bisa menyebar dari kawasan Indonesia Barat
ke kawasan Indonesia Tengah yang nota bene dibatasi oleh laut dalam. Jika
distribusinya ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Malaysia, Thailand, maka hal
ini masih dapat dipercaya mengingat semua kawasan ini merupakan satu kawasan
yang dulunya merupakan satu daratan, namun kini dipisahkan oleh laut dangkal.
Berbeda antara Indonesia Barat dengan Indonesia Tengah yang dipisahkan oleh laut dalam. Kajian ekologi dan penelusuran
kekerabatan masih dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan di atas.
Berikut ini disajikan karakteristik
data morfologi dari ke-dua varian tersebut.
1. Gandaria Varian Ambon
Daun
oblongus-ellips, panjang 207-260 mm, lebar 66 - 83 mm, tunggal, duduk berhadapan,
menjangat, mengkilat, tepi rata, pangkal runcing sampai membaji, ujung runcing
sampai melancip, buahnya membulat sampai bulat, ukuran 42-48 x 44-50 mm, warna
hijau pada saat mudan dan warna kuning pada saat matang, daging buah berserat,
warna kuning, rasa buah manis agak masam, kulit biji warna abu-abu, berserat,
berbentuk oval-menyegi empat, berukuran 32-38 x 22-25 mm, keping lembaga
mengkilat, berwarna lembayung.
2. Gandaria Varian Paluta
Daun
memanjang sampai lanset atau jorong, panjang 72-87 mm, lebar 25-30 mm, tunggal,
duduk berhadapan, menjangat, mengkilat, tepi rata, pangkal runcing sampai
membaji, ujung runcing sampai melancip, buahnya oval atau membujur telur,
ukuran 28-35 x 224-27 mm, warna hijau pada saat muda dan hijau-kekuningan pada
saat masak, daging buah berserat, warna kuning, rasa buah masam agak manis,
kulit biji warna abu-abu, berserat, berbentuk oval-menyegi empat, berukuran
20-23 x 14-18 mm, keping lembaga mengkilat, berwarna lembayung.
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan, maka ada perkiraan bahwa kedua varian ini memungkinkan untuk
diusulkan menjadi dua jenis yang berbeda, namun karena observasi masih
dilakukan secara terbatas hanya pada dua varian dengan dua lokasi yang berbeda,
sementara masih ada beberapa lokasi persebaran gandaria lagi yang masih belum
tersedia koleksinya, maka masih diperlukan sejumlah observasi lainnya untuk
memastikan kisaran keanekaragaman yang ada dalam marga Bouea. Jika semua data telah terkumpul dari sentra-sentra dan
koleksi-koleksi yang ada, maka revisi jenis-jenis yang ada di dalam marga Bouea perlu diusulkan
Kesimpulan
- Varian-varian gandaria yang
berasal dari Ambon dan Paluta, masih memperlihatkan adanya variasi yang
cukup beragam dibandingkan dengan batasan ciri morfologi jenis pada Bouea macrophylla Griffith.
- Terdapat perbedaan yang
cukup berarti antara varian yang berasal dari Ambon dengan varian yang
berasal dari Paluta pada ciri : ukuran daun, ukuran buah, warna buah, dan
ukuran biji.
- Adanya perbedaan yang cukup berarti dari dua
varian di atas, mengharuskan dilakukannya penelitian lain yang mencoba
mengungkap karakterisasi varian-varian gandari dari lokasi lainnya dimana
jenis ini ditemukan, untuk kemudian kepastian jenis dalam marga ini dapat
lebih dipastikan.
Daftar Pustaka
Harsono,
T. 2012. Gandaria (Bouea macrophylla
Griffith) Distribusi, Taksonomi dan Pemanfaaatannya di Indonesia. Makalah dalam Semirata BKS- PTN Wilayah Barat di Unimed Tanggal 11-12 mei
2012.
Papilaya,
P.M. 2007. Kajian Ekologi Gandaria (Bouea
macrophylla) hubungannya dengan produksi dan kualitas buah pada ketinggian dari
permukaan laut yang berbeda di pulau Ambon (Suatu analisis tentang tumbuhan
endemik daerah Maluku). Disertasi. Prodi Biologi. UM-Malang
Rifai, M.A., 1992. Bouea macrophylla Griffith. In Coronel, R.E. & Verheij,
E.W.M. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia. No. 2: Edible fruits and nuts. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp.
104-105.
Rehatta,H. 2005. Potensi dan pengembangan tanaman gandaria (Bouea macro phylla Griffith) di desa Soya Kecamatan Sirimau,
Kota Ambon. Laporan Hasil Penelitian. Lemlit. Universitas Pattimura. Ambon.
Sinay,
H. 2011. Pengaruh Giberellin dan temperatur terhadap pertumbuhan semai gandaria
(Bouea macrophylla Griffith). Bioscientiae.
Vol : 8 (1). Januari 2011. Hal. 15-22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar