Persebaran Marga Bouea (Anacardiaceae) di Sumatra
Tri Harsono, Nursahara Pasaribu, Sobir, Fitmawati
Biologi FMIPA Unimed; Biologi, FMIPA USU,
Pertanian IPB, Biologi FMIPA UNRI
ABSTRAK
Telah
dilakukan pengamatan morfologi, taksonomi dan persebaran Marga Bouea (Anacardiaceae) di pulau Sumatra berdasarkan data koleksi hidup di
lapangan dan koleksi herbarium di Laboratorium Biologi FMIPA Unimed. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (1).
Marga Bouea tersebar di kawasan pantai
Timur Sumatra pada ketinggian 13 – 160 m alt. (2). Ditemukan 2 jenis yaitu Bouea macrophylla Griffith dan Bouea
oppositifolia (Roxb.) Adelb. (3). Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb. yang ditemukan memiliki 2 variasi yang
signifikan ditinjau dari morfologi daun dan buah (4). Bouea dikenal dengan beberapa nama lokal seperti Merinya (Aceh), Haramania (Tapsel), Raman
(Pekanbaru, Jambi, Palembang, Lampung), Asam
kundang (Bengkalis), Gundangan
(Jambi), Gondoria (Batusangkar) dan
tidak memiliki nilai ekonomi penting di lokasi tempat tumbuhnya.
Kata Kunci : Anacardiaceae,
Bouea, macrophylla, oppositifolia,
Sumatra
Persebaran Marga Bouea (Anacardiaceae) di Sumatra
Tri Harsono, Nursahara Pasaribu, Sobir, Fitmawati
Biologi FMIPA Unimed; Biologi, FMIPA USU,
Pertanian IPB, Biologi FMIPA UNRI
PENDAHULUAN
Indonesia
merupakan salah satu negara mega biodiversitas karena memiliki kawasan hutan
tropika basah dengan tingkat keanekaragaman hayati tergolong tinggi di dunia.
Termasuk juga dengan kekayaan keanekaragaman jenis buah-buahan tropisnya.
Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keanekaragaman genetika tanaman
di dunia khususnya untuk buah-buahan tropis (Sastrapradja dan Rifai 1989). Salah satu buah-buahan tropis yang sangat
khas Indonesia tersebut adalah Gandaria (Bouea
macrophylla Griffith) yang bahkan telah ditetapkan menjadi maskot provinsi
Jawa Barat. Ding Hou (1975) melaporkan
bahwa Bouea (Anacardiaceae) terdiri atas dua jenis yaitu Bouea macrophylla Griffith dan Bouea
oppositifolia (Roxb.) Adelb. Keduanya tersebar di kawasan Malesiana, namun
berdasarkan 85 spesimen yang ada di
Herbarium Bogoriense diketahui tersebar di kawasan Borneo (15 spesimen),
Sumatra (21 spesimen), Jawa (24 spesimen), Peninsula Malaysia (8 spesimen),
Singapore ( 1 spesimen), Thailand (2 spesimen), Vietnam ( 2 spesimen), sisanya
tanpa lokasi. Berdasarkan data speseimen yang ada diketahui bahwa Bouea macrophylla Griffith hanya ditemukan di pulau Jawa, sedangkan Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb. ditemukan di
Sumatra, Malay Peninsula, Vietnam, Thailand dan Singapore. Namun berdasarkan
pengamatan spesimen yang dilakukan masih ditemukan variasi yang cukup tinggi
pada Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb. asal Kalimantan pada morfologi daunnya. Tingginya
jumlah lokasi peresebaran Bouea yang
tumbuh di Jawa dan Sumatra memberikan gambaran bahwa kawasan ini merupakan
pusat persebaran terpenting untuk Bouea.
Berdasarkan spesimen hidup yang berhasil diinventarisir sejauh ini ditemukan
beberapa lokasi seperti Sumatra (12 lokasi), Jawa (4 lokasi), Kalimantan (5
lokasi), Ambon ( 1 lokasi).
Ditinjau dari sebaran
spesimen herbarium dan sebaran spesimen hidup yang diperoleh maka diperkirakan
Sumatra, Jawa dan Kalimantan merupakan satu pusat persebaran gandaria. Selain
lokasi persebarannya, plasma nutfah gandaria juga terlihat cukup beragam
ditinjau dari ukuran daun maupun buahnya. Sebagai salah satu buah-buahan yang
dapat dimakan, di Indonesia cukup banyak ditemukan kultivar gandaria yang
berbeda satu dengan lainnya baik dalam rasa, aroma, dan warna kulit buahnya.
Besarnya keanekaragaman sumber plasma nutfah Bouea spp. di Indonesia
merupakan modal dasar yang sangat penting untuk pemuliaan. Dari hasil pemuliaan
tanaman, diharapkan akan diperoleh bibit unggul baik dalam kualitas maupun
produksi buahnya.
Buah gandaria merupakan salah satu komoditas
buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi cukup penting di beberapa pasar
perdagangan seperti Ambon. Di Thailand komoditas ini bahkan memiliki nilai
khusus karena sangat erotik. Indonesia tidak dilaporkan sebagai negara
penghasil buah gandaria karena di negeri kita buah ini hanya terkenal di
beberapa kawasan seperti Ambon, Banjarmasin dan Bogor, itupun dengan sumber
produksi pohon-pohon hutan yang tersisa dan tidak ada pembudidayaan khusus.
Thailand dilaporkan sebagai negara yang telah membudidayakan gandaria dengan
lebih baik sehingga gandaria yang di sana dikenal dengan ma praang merupakan
salah satu buah yang paling mewarnai sentra perdangan buah-buahan. Masalah ini
antara lain disebabkan kualitas buah gandaria Indonesia lebih rendah apabila
dibandingkan dengan gandaria yang berasal dari Thailand. Padahal Indonesia,
khususnya Kalimantan dan Sumatra merupakan pusat persebaran maupun pusat
keanekaragaman Gandaria. Kekayaan keanekaragaman jenis dan plasma nutfah
ini belum dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, pemuliaan tanaman pada
kerabat gandaria (Bouea
oppositifolia dan Bouea macrophylla)
di Indonesia perlu dilakukan untuk
menghasilkan kultivar/bibit yang unggul. Hal ini dapat dilakukan antara lain
dengan cara pengumpulan data dan informasi tentang kekayaan keanekaragaman
jenis dan sumber plasma nutfah gandaria di Indonesia. Tahap selanjutnya
dilakukan seleksi untuk memilih jenis-jenis ataupun sumber plasma nutfah yang
mempunyai nilai lebih. Dengan tersedianya keragaman di dalam jenis atau sumber
plasma nutfah maka kultivar/bibit unggul yang diinginkan akan dapat dirakit.
Bagaimana persebaran dan keanekaragaman plasma nutfah gandaria di Indonesia
perlu dilakukan inventarisasi lalu dilakukan koleksi dan konservasi sehingga
tersedia satu lokasi gene pool gandaria yang memungkinkan terjadinya gene flow guna
menghasilkan gandaria unggulan.
Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode tabulasi. Data dan informasi tentang
kerabat gandaria di Indonesia diperoleh dari (1). pengamatan spesimen herbarium
yang disimpan di Herbarium Bogoriense (2). Hasil inventarisir yang dilakukan di
beberapa lokasi dimana gandaria masih ditemukan dalam keadaan hidup dan Kebun
Raya Bogor (3). penelusuran pustaka.
Jumlah
spesimen herbarium yang diamati adalah 85 nomor spesimen dan jumlah lokasi
hidup yang diamati adalah sebanyak 15 lokasi. Untuk setiap nomor spesimen
herbarium dan spesimen hidup yang diamati dilakukan pencatatan data/informasi
yang mencakup tentang ciri-ciri/karakter morfologi, nama daerah/lokal, nama
latin/ilmiah, lokasi, habitat dan kegunaannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Anacardiaceae
Lindl., atau suku mangga-manggaan, mencakup lebih kurang 700 spesies dan lebih
dari 82 marga, yang umumnya tersebar di daerah tropik dan beberapa marga
ditemukan di daerah beriklim sedang dan dingin. Beberapa marga dari suku ini
dibudidayakan dalam jumlah yang luas di dunia dan merupakan tumbuhan yang buah
dan bijinya dapat dimakan, memiliki kandungan
senyawa kimia, bernilai getah dan tanaman pekarangan. Beberapa jenis
seperti mangga, jambu mente, kedondong
menjadi buah kegemaran banyak orang di dunia (Pell, 2004). Mangga dan
jambu mente bahkan menjadi komoditas yang paling disukai hampir di semua
belahan dunia. Namun gandaria yang merupakan kerabat dekat mangga, masih
terbatas popularitasnya, karena distribusi, produksi dan upaya budidaya serta
terbatasnya penelitian yang dilakukan terhadap jenis ini, sehingga
popularitasnya tidak sebesar kerabta dekatnya, mangga dan jambu mente. Padahal
potensi yang dimilikinya cukup besar andaikata pengembangan komoditas ini terus
ditingkatkan dengan berbagai penelitian, percobaan dan persilangan.
Gandaria adalah satu tumbuhan asli Indonesia yang termasuk
dalam kelompok suku Anacardiaceae. Suku Anacardiaceae masih
membawahi beberapa marga yang masih berkerabat dekat dengan Bouea
seperti : Anacardium, Androtium, Bouea, Buchanania, Fegimanra, Gluta,
Melanorrhoea, Mangifera, Swintonia (Pell, 2004).
Gandaria (Bouea spp.) adalah satu marga dari
suku Anacardiaceae, yang di beberapa daerah di Sumatra disebut
dengan berbagai nama yang berbeda seperti merinya (Aceh
Utara), remieu (Gayo), haramania (Padang Lawas Utara,
Padang Lawas, Labuhanbatu Selatan), raman
(Riau, Jamerrrrrr443bi, Palembang, Lampung), gondoria (Batu Sangakar), asam
kundang (Bengkalis), gundangan
(Jambi) di kawasan Provinsi Bengkulu belum didapatkan lokasi Bouea. Tanaman ini tumbuh di kawasan
pantai timur Sumatra, dengan ketinggian 13 - 160 m alt. Gandaria dimanfaatkan mulai dari buah, daun, hingga batangnya. Buah
gandaria yang masih muda sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal
gandaria. Buah gandaria yang matang dapat dimakan langsung. Daun gandaria
sering digunakan sebagai lalap. Di jambi, biji Gandari (Bouea) dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai obat hipertensi. Sedangkan
batang gandaria dapat dimanfaatkan sebagai papan dan bahan bangunan.
Tanaman gandaria tumbuh dengan habitus pohon dengan ketinggian hingga 27 m dengan tajuk rapat.
Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk lanset atau
jorong. Waktu muda berwarna krem, kemudian berangsur ungu tua, lalu menjadi
hijau tua. Perbungaannya malai, muncul di ketiak daun, Buahnya bertipe buah
batu, berbentuk agak bulat, berdiameter 2,5-5 cm, berwarna kuning sampai
jingga, daging buahnya mengeluarkan cairan kental; buahnya tidak berbulu,
rasanya asam sampai manis, dengan bau yang khas agak mendekati bau terpentin.
Keping biji berwarna lembayung (Rifai, 1991).
Pembudidayaan gandaria umumnya dilakukan di beberapa lokasi
tertentu seperti di Provinsi Lampung tepatnya di Kec. Jabung, Lampung Timur. Ditinjau dari nama-nama lokal yang dikenal di
Sumatra, maka ada lebih kurang 7 nama lokal yang diberikan kepada tanaman ini.
Informasi tentang kultivar,
varietas maupun galur-galur pada gandaria yang tersebar dan dibudiayakan di
Indonesia masih sangat kurang didapatkan. Dalam beberapa pustaka hanya
ditemukan beberapa nama lokal seperti
jatake, ramania dan gandaria. Informasi
yang didapatkanpun masih terbatas pada keberadaan, pemanfaatan secara lokal,
dan pamasaran yang juga terjadi di pasar-pasar tradisional dan dalam
waktu-waktu yang juga tertentu. Gandaria sebagai salah satu tanaman langka
Indonesia, masih belum banyak diteliti. Rifai (1991) melaporkan bahwa jumlah
kromosom dari tanaman ini juga belum diketahui, dan sejauh ini belum ditemukan
literatur yang menjelaskan tentang keragaman kromosom dari tanaman langka
maskot provinsi Jawa barat ini. Data tentang khromosom ini penting untuk
memungkinkan berbagai upaya-upaya pemuliaan tanaman ini di masa datang. Munculnya
varian-varian baru dalam satu hasil persilangan antar kultivar merupakan bagian
adari aktivitas yang terjadi pada saat dua kromosom dari induk yang berbeda
berpadu. Perpaduan inilah yang menghasilkan satu interaksi baru yang
kadang-kadang memunculkan varian-varian yang berbeda dengan tetuanya.
Berdasarkan hasil
pengamatan terhadap 48 nomor spesimen herbarium
kerabat gandaria (Bouea spp.) Sumatra
yang disimpan di Herbarium Bogoriense, ditemukan beberapa nama ilmiah gandaria
seperti : Bouea oppositifolia,Bouea burmanica, Bouea burmanica var. macrophylla Bouea gandaria, Bouea burmanica var. roxburghii, Bouea burmanica var.
microphylla. Namun setelah
diadaptasikan dengan hasil penelitian Ding How (1975) dinyatakan bahwa marga Bouea hanya terdiri atas: Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb.Bouea macrophylla Griffith
Berdasarkan pengamatan
morfologi spesimen herbarium dan spesimen hidup, maka spesimen yang
diidentifikasi sebagai Bouea macrophylla memiliki bentuk dan ukuran daun serta bentuk dan ukuran
buah yang relatif lebih seragam, hanya ada variasi-variasi dari segi ukuran dan
type ujung daun. Namun jenis dalam Bouea oppositifolia memperlihatkan sejumlah variasi yang cukup mencolok
dari segi bentuk dan ukuran daun serta bentuk dan ukuran buah. Berdasarkan
bentuk dan ukuran morfologi daunnya ditemukan sekitar 4 variasi pada Bouea oppositifolia yaitu berdaun bulat, oval,
jorong dan memita. Berdasarkan karakter
morfologi daun dari sejumlah 85 spesimen
yang ada di Herbarium Bogoriense setidaknya dikelompokkan menjadi 4 jenis yang
berbeda. Selain morfologi daun, juga masih ditemukan variasi yang cukup
signifikan pada bentuk dan ukuran buah, sehingga hasil revisi Ding Hou (1975) ini masih
membuka peluang untuk ditinjau ulang dengan menggunakan karakter selain
morfologi untuk memastikan jumlah jenis pada marga Bouea.
Variasi-variasi pada
morfologi daun dan buah pada varian-varian yang ada dalam marga Bouea dapat dilihat seperti tertera pada
gambar di atas.
A. Morfologi Daun
Secara umum pada marga Bouea merupakan daun tunggal dan
tersusun berhadapan (opposite), Daun
gandaria berbentuk bundar telur memanjang sampai lanset atau jorong. Permukaan
daun mengkilat dan mempunyai ujungnya yang runcing. Ukuran daunnya berkisar
antara 5- 40 cm (panjang) dan 2 – 15 cm (lebar). Ciri ini
umum ditemukan pada Bouea macrophylla, namun pada Bouea oppositifolia ditemukan variasi daun dari elliptic sampai elliptic anguste yang kesemuanya dikelompokkan menjadi Bouea oppositifolia oleh Ding Hou (1975).
B. Morfologi Buah
Umumnya buah gandaria yang masih muda berwarna
hijau. Ketika mulai tua dan matang buah
berwarna kuning hingga jingga. Buah gandaria memiliki daging buah yang berair
dan mengeluarkan cairan kental. Buah ini memiliki bau khas yang menyengat
seperti aroma terpentin dan memiliki rasa agak asam hingga manis.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan
diketahui bahwa ada beberapa variasi buah yang cukup signifikan seperti :
Tabel 2. Variasi Buah Gandaria Hasil Koleksi Segar
No
|
Asal
|
Warna buah
|
Ukuran Buah
|
Rasa Buah
|
||
Muda
|
Mengkal
|
Matang
|
||||
1.
|
Padangbolak
Hajoran**
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning Kehijauan
|
2,8-3,5 x 2,24-2,7 cm
|
Manis – Asam
|
2.
|
Sipiongot
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Jingga, Kilat
|
|
Manis
|
3
|
Sosa
|
Hijau
|
Hijau Kekuninga
|
Kuning Kehijauan
|
|
Manis – Asam
|
4.
|
Langga Payung
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning Kehijauan
|
|
Manis – Asam
|
5.
|
Lhok Seumawe
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning
|
2,5-3,8 x 2.0- 3,3 cm
|
Manis – asam
|
6.
|
Lhok Sukon
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning
|
2,5-3,8 x 2.0- 3,3 cm
|
Manis – asam
|
7.
|
Batusangkar
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning bercak coklat
|
2,5-4,2 x 2.0- 3,7 cm
|
Manis – asam
|
8.
|
Pulau Bengkalis
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning bercak coklat
|
2,5-3,8 x 2.0- 3,3 cm
|
Manis – asam
|
9.
|
Palembang
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning bercak coklat
|
2,5-3,8 x 2.0- 3,3 cm
|
Manis – asam
|
10.
|
Jambi
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning bercak coklat
|
|
Manis – Asam
|
11.
|
Lampung
|
Hijau
|
Hijau Kekuningan
|
Kuning bercak coklat
|
|
Manis – Asam
|
{
Catatan : ** tergolong Bouea oppositifolia
C. Persebaran
Gandaria menyebar sejak kawasan pantai hingga dataran
tinggi (13-160 m alt). Beberapa sentra pertumbuhan gandaria antara lain Padang
Lawas (Sumatra Utara). Jabung (Lampung), Muaro Jambi (Jambi) dan TAHURA Suatan
Syarif Kasim (Riau). Di Sumatra, pembudidayaan gandaria masih dilakukan secara
sambilan oleh beberapa petani di Jambi. Di Sumatra Utara tanaman ini tumbuh
liar di kawasan hutan dan tepian sungai. Sedangkan di Lampung budidaya Gandaria
(Bouea) dilakukan secara
besar-besaran dengan pembibitan yang luas.
Berdasarkan data yang
diperoleh dari spesimen herbarium dan hasil koleksi segar di lapangan diketahui
bahwa ada beberapa lokasi dimana gandaria ditemukan tersebar luas. Dari data
spesimen herbarium lokasi persebarannya adalah Aceh (Aceh Utara), Sumatera
Utara (Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Labuhanbatu Selatan), Riau (TAHURA
Sutan Syarif Kasim, Siak dan Tesso Nilo, Pelalawan), Sumatra Barat (Batu
Sangkar), Jambi (Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur),
Sumatra Selatan (Kota Palemabang) dan Lampung (Lampung Timur). Tidak ditemukan
koleksi spesimen yang berasal dari
kawasan Bengkulu.
Gandaria adalah tumbuhan tropik basah dan dapat tumbuh pada
tanah yang ringan dan subur. Tumbuh liar di hutan dataran rendah di bawah 300 m
dpl., tetapi dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar
850 m dpl (Rifai, 1991).
Dari data yang didapatkan berdasarkan
spesimen herbarium, maka diketahui bahwa
gandaria ditemukan pada kawasan dataran rendah, hingga ketinggian l.k.
500 m alt.
Berdasarkan
data dari lapangan, Gandaria (Bouea spp) banyak
ditemukan di kawasan hutan primer, tepi sungai, tepi sawah dan banyak di
budidayakan di sekitar rumah warga, misalnya di daerah Palembang dan Jambi.
Pemanfaatan
Gandaria dimanfaatkan dalam berbagai bentuk dan
pengolahan. Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah
gandaria berwarna hijau saat masih muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak
atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang berwarna kuning,
memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung. Daunnya sebagai lalap.
Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan.
Di Aceh,
Sumatra Utara, Lampung, Palembang, masyarakat banyak memanfaatkan tumbuhan ini
sebagai makananan. Di Hajoran, Sumatra Utara, Bouea dimanfaatkan sebagai bahan rujak. Di kawasan Jambi dan
Lampung, tumbuhan ini dibuat sebagai bahan papan. Masyarakat melayu Jambi,
mengonsumsi biji gandaria sebagai obat hipertensi.
Kesimpulan
(1) Marga Bouea
tersebar di kawasan Malesia (Indonesia, Malaysia, Brunei, Singa pore, Thailand,
Vietnam dan Selatan China).
(2) Tumbuh
pada kawasan tepi hutan, kebun warga dalam jumlah terbatas.
(3) Mencakup 2 jenis yaitu Bouea macrophylla
Griffith dan Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb.
(4) Bouea oppositifolia (Roxb.) Adelb. masih
memiliki variasi yang luas, sehingga membutuhkan pendekatan selain morfologi
untuk memastikan status taksonominya.
(5) Buah dan daun segar Bouea dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pemanfaatan kayunya
yang berkualitas baik, lambatnya pertumbuhan dan terbatasnya budidaya,
merupakan salah satu penyebab kelangkaan Bouea.
Pustaka
Anonim, 2011. Resep makanan Daerah Kalimantan. ttp://resepmasakandaerahku.
blogspot. com/2011/12/sambal-ramania.html.
Anonim,
2011. Resep makanan Daerah
Kalimantan. ttp://resepmasakandaerahku. blogspot.com/2011/12/sambal-ramania.html.
Ding Hou, 1978. Anacardiaceae. In: van
Steenis, C.G.G.J. (Editor): Flora Malesiana, Series 1. Vol. 8. p. 468.
Harsono, T. 2012. Urgency penyelamatan
Plasma Nutfah Tumbuhan Langka Di Sumatra. Studi Kasus Pada Tumbuhan Gandaria. Journal Sains Indonesia Vol. 36 (1)
34-50.
Rifai, M.A. 1991. Bouea macrophylla
Griffith In: Verheij, E.W.M. and Coronel, R.E. (Editors). Plant Resources of
South-East Asia No. 2: Edible fruits and nuts. Pudoc, Wageningen, The
Netherlands, pp. 104-105
Griffith .
1854. Bouea macrophylla Griff., Pl. Cantor in Journal Asia Soc.
Benghal : 23 (1854)
Meisnerr. 1837. Bouea
oppositifolia (Roxb.) Meisn.
Pl. Vasc. Gen. 2:55. 1837
Miquel.
1859. Bouea gandaria Blume ex Miq. Flora. Nedherland Indie
1(2):635. 1859
Pell., S.C. 2004. Molecular
Systematics of The Cashew Family (Anacardiaceae). Dissertasion. The
Depart. of Biological Sciences. Louisiana State University
Rehatta,H. 2005. Potensi dan pengembangan tanaman gandaria (Bouea macro phylla Griffith) di desa Soya Kecamatan Sirimau,
Kota Ambon. Laporan Hasil Penelitian. Lemlit. Universitas Pattimura. Ambon.
Sastrapradja,
S.D. dan M.A. Rifai. 1989. Mengenal sumber pangan nabati dan sumber plasma
nutfahnya. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional dan Puslitbang
Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar